Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surai

16 Agustus 2019   09:33 Diperbarui: 16 Agustus 2019   10:07 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Ada beberapa siluman harimau yang tersebar dari wilayah Sumatera Barat hingga ke perbatasaan Sumatera Utara. Mereka bertugas merawat kebun dari para pengganggu, apalagi maling. Namun, bila suatu waktu siluman harimau mati  karena dibunuh, ilmu silumannya akan punah. Dia akan menjadi manusia seperti asalnya.

"Dan kau?" Saya masih bingung.

"Seperti peraturannya, bila majikan saya seorang perempuan, maka kami akan menjadi saudara."

"Bagaimana kalau laki-laki?"

"Saya akan menjadi istrinya." Dia tersenyum simpul. Entah apa yang bergetar di dada saya. Yang ada tangan saya menjangkau tangannya. Mencubit lengannya. Menjentik bibirnya yang indah.

Tiba-tiba saya ingin memeluknya.  Tentu tak ada salahnya saya memeluknya. Hanya saja, saya seolah memeluk bulu. Memeluk darah.

Saya terkejut tengah memeluk harimau mati yang bersimbah darah. Orang-orang melolong. Sebilah badik masih di tangan saya. Berlumur darah. Seorang pemudah gagah terkapar di tanah. Mati. Suara sirene memecah fajar pada kampung yang mulai hangat.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun