Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Profesor Darko

26 Juli 2019   17:42 Diperbarui: 26 Juli 2019   17:48 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya Profesor Darko. Bertubuh pendek nyaris samekot (satu meter kotor). Dia terakhir mengukur tinggi badan saat tes Akabri sekian puluh tahun lalu. Dan tebakanmu benar. Dia tak diterima menjadi salah seorang petugas pertahanan negara itu. Tapi jangan pernah kau berpikir otaknya pendek. Seandainya otaknya tak panjang, mana mungkin dia mendapat gelar profesor pada usia yang tergolong sangat muda. 

Dia pelit wajah, artinya jauh dari kata tampan, dengan totol-totol hitam yang memenuhi seluruh kerut wajahnya. Di tambah kepala yang botak bagian belakang, sementara jambul tebal, wajarlah dia sering kena bully. 

Hukum cocoklogi, orang berdisiplin ilmu seperti Profesor Darko, harusnya botak di depan, karena yang dipikirkannya hanya masalah ke depan.  Botak di belakang milik ahli sejarah atau para arkeologi, karena yang mereka pikirkan melulu masa lalu.

Ketika berkonsultasi dengan Profesor Darko, pasien memanggilnya Prof. Tapi, ketika di belakang, pasien membully dengan sebutan Sam. Dan itu sama sekali tak keren, sebab kepanjangannya samekot. Kau pasti faham. Saya sudah menyebutkannya di paragraf pertama, dan tak perlu lagi saya ulang. Itu memubazirkan karakter. Saya juga ingin memanggilnya Sam---bukan sebab ingin membully---semata-mata tak ingin boros karakter.

Supaya jelas bagimu siapa si Sam ini, dia adalah pakar kandungan.  Pakar di sini bukan karena dia bisa merawat ibu hamil, dan membantu melahirkan jabang bayi. Bidan pun saya rasa sudah bisa menanganinya. Kepakaran Sam adalah khusus bagi yang bermasalah dengan keturunan.

Dia bertangan dingin. Pernah sepasang suami-istri tanpa keturunan menemuinya, persis setelah ulang tahun pernikahan perak mereka. Alhasil, Sam berhasil menghadiahi mereka bayi. Karena kepakarannya itulah dia akhirnya mendapat gelar profesor.

Rumah Sam di bilangan sudirman, dan dia selalu sibuk. Dari pagi hingga dini hari. Sam malahan tak pernah tahu kapan dia tidur dan kapan dia bangun. Ketika tertidur terkadang dia sedang menikmati makan malam yang terlambat. Baru terbangun setelah dia sedang berada di closet duduk lantaran dia kebanyakan memakan sambal.

Hingga di suatu petang, ada nyonya besar menemuinya. Sam tahu dia perempuan subur. Sam juga tahu cantiknya selangit. Dan dia tahu ada yang tak beres di selangkangannya. Sam lajang normal. Dia sama sekali tak bermasalah dengan kejantanan, hanya dia selalu kalah dalam ukuran ketampanan.

Sam semakin gelisah, entah bergairah, setelah si nyonya cantik berbisik, ingin berbincang empat mata di suatu tempat. Maka dipilihlah kamar tamu Sam yang mentereng. Sebentar Sam menyuruh pelayan menghidangkan dua loki sampanye. Sam juga buru-buru menyemprotkan pengharum ruangan. Lalu, si nyonya cantik duduk di bibir ranjang. Sam malu-malu mengepitkan kakinya, duduk di sebelah si nyonya.

"Pak Sam tahu aku nyonya walikota," kata perempuan itu memulai obrolan.

"Siapapun tahu, Nya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun