Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemilihan Kepala Dusun

28 Juni 2019   16:10 Diperbarui: 29 Juni 2019   08:01 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Saya dipukulin orang tak dikenal tadi malam, Pak," jawab Misnan. Lelaki tua itu memanggil buruh sawit yang sedang melintas menumpang mobil pick-up. Tubuh Misnan dibopong beramai-ramai dan diletakkan di bak mobil pick-up. Mereka mengantar Misnan ke rumahnya.

Berita penganiayaan itu tersebar seperti kain disulut api. Warga marah besar. Seorang perwakilan dari perusahaan pertambangan minyak dan gas, menjemput Misnan, membawanya ke rumah sakit perusahaan. Misnan belum bisa diajak berbincang-bincang. Dia sesekali meringis menahan pedih yang mengoyak sebagian wajahnya. Pihak aparat dari kota pun turun tangan.

Suatu senja, Parmin menjenguk Misnan. Dia tersenyum pura-pura ramah. Parmin membisikkan sesuatu ke telinga lelaki yang terbaring lesu itu, entah apa.

***

Kantor lurah penuh warga. Misnan tertunduk lesu di sudut ruang. Bapak lurah tersenyum kepada Parmin. Aura kemenangan terpancar di wajah mereka. "Baiklah, sekarang mari kita dengarkan penjelasan saudara Misnan tentang penganiayaan beberapa hari lalu." Bapak lurah manggut-manggut.

Dengan terbata-bata Misnan menceritakan tentang kejadian di kebun sawit. Dia memohon maaf kepada seluruh warga, bahwa kejadian penganiayaan itu hanya bohong belaka. Sebenarnya dia hanya digebukin warga dusun sebelah, karena ketahuan mengintip perempuan mandi di sungai.

"Wuuu!" teriak warga dengan nada sumbang. Mereka antara percaya dan tidak atas penjelasan Misnan. Sebab mereka kenal betul siapa lelaki itu. Entah kenapa dia melakukan perbuatan yang memalukan.

Beberapa warga hendak bertanya. Bapak lurah melarang. Sebab Misnan belum sehat betul. Dia butuh istirahat. "Demi kesucian dusun, maka saya menunjuk Sopuan menggantikan Misnan sebagai ketua pemilihan kepala dusun. Setujuuu?"

Tak ada warga yang menjawab. Seorang demi seorang meninggalkan kantor lurah dengan tertunduk lesu.

***

Di sudut sebuah kafe remang-remang, tiga lelaki ditemani tiga perempuan tertawa sambil berjoget mengiringi irama remix. Kau mungkin mengenal mereka. Ada bapak lurah, Parmin, dan itu tuh.... Ada Misnan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun