Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dompet Ibu Fatimah

5 Mei 2019   07:30 Diperbarui: 5 Mei 2019   07:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, masih ingat saya, kan!" Iris langsung menyongsong perempuan itu.

"Siapa, ya?" Dahi perempuan itu berlipat. 

"Ibu Fatimah, kan?" tanya Iris. Perempuan itu mengangguk. "Saya Iris, Bu. Yang tadi pagi menabrak Ibu."

"Oh, iya, Ibu sampai lupa. Ada apa ke mari?" O, ternyata perempuan itu tak tahu kalau dompetnya sudah tercecer.

"Saya ingin mengembalikan dompet Ibu yang tercecer." Iris menyerahkan dompet itu. 

"Ya, Tuhan, kenapa saya sampai tak menyadari kehilangan dompet? Aduh, terima kasih ya, Dik! Terima kasih!" 

"Terima kasih kembali, Bu. Saya pulang dulu. Takut dicariin ibu saya." Iris langsung setengah berlari menuju jalan raya.

"Dik, tunggu!" teriak Bu Fatimah. Iris hanya membalasnya dengan lambaian. 

Di sepanjang perjalanan, Iris menyari-nyari alasan terbaik agar mamanya tak marah. Mamanya paling tak senang kalau Iris terlambat pulang sekolah tanpa alasan yang jelas. Kalau alasannya karena mengembalikan dompet Ibu Fatimah, pastilah mamanya semakin marah. Bukankah jarak sekolah ke rumah Bu Fatimah itu jauh? Lagi pula Iris ke sana sendirian. Seharusnya dia pulang ke rumah dulu!

Sesampai di rumahnya, Iris seketika terkejut. Alasan-alasan yang disusunnya sejak tadi, langsung buyar. Dia melihat Ibu Fatimah dan mamanya sedang berbincang di teras. Kenapa ya Ibu Faitmah tahu alamat rumah Iris?

"Nah, itu Iris sudah pulang." Mama Iris tersenyum seperti agak terpaksa. Iris merasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun