Sepulang sekolah, dia tak langsung naik mobil angkutan kota menuju rumahnya. Dia menyetop bis kota yang mengarah ke alamat yang tertuju di kartu tanda penduduk itu. Dia ingat pernah bertanding sepak bola dengan anak SD lain di lapangan yang berdekatan dengan alamat itu.
"Nah, sudah sampai!" Lega juga hati Iris. Seorang tukang becak yang sedang mangkal di pinggir jalan, didekati Iris. "Pak, numpang tanya. Perumahan Garden di mana, ya?"
"Oh, tak jauh dari sini. Nanti Adik jalan lurus ke arah pohon besar itu, kemudian belok ke kiri. Tak jauh dari situ, Adik akan menemukan Perumahan Garden."
"Terima kasih banyak ya, Pak!" Iris sangat senang. Untuk pertama kalinya Iris berbuat nekad begini. Kalau sampai mamanya tahu, Iris bisa dimarahi. Sekarang kan lagi musim penculikan anak. Iris tahu kalau Tuhan selalu membantu orang yang berniat baik.
Ternyata menemukan rumah pemilik dompet itu ternyata tak mudah. Semua rumah di situ berbentuk hampir sama. Semuanya berpagar tinggi. Lagi pula hanya satu-dua rumah yang memiliki nomor. Aduh, bagaimana ini?
Beruntung Iris bertemu seorang lelaki seumuran papanya. Lelaki itu sedang menyuci mobil di halaman sebuah rumah berwarna biru.
"Pak, numpang tanya," kata Iris takut-takut. Dia melihat seekor anjing besar yang sedang tiduran di teras rumah itu.
"Iya, mau nanya apa, Dik?" Lelaki itu mendekati Iris. Anjing besar itu menggonggong, dan langsung berdiri. Lelaki itu berhasil mendiamkannya.
"Ini, anu, saya mau mencari rumah Ibu Fatimah," jawab Iris dengan jantung yang masih berdebar.
"Oh, Ibu belum pulang. Masih belanja di pasar. Ada perlu apa ya, Dik?" Lelaki itu membuka pintu pagar. Jantung Iris kembali berdebar. Kalau dia sampai mengatakan akan mengembalikan dompet itu kepada Ibu Fatimah, apakah lelaki itu tak berniat jahat? Bisa saja lelaki itu menyuruh Iris menitipkan dompet itu kepadanya. Bisa saja dompet itu tak diberikan kepada Ibu Fatimah. Atau, yang namanya Fatimah kan belum tentu seorang! Siapa tahu ada tiga atau empat Fatimah di Perumahan Garden.
Saat masih ragu-ragu menjawab pertanyaan lelaki itu, sebuah mobil berhenti di belakang Iris. Iris merasa senang karena seseorang yang keluar dari dalam mobil itu adalah orang yang ditabraknya tadi.Â