Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tamu

18 April 2019   21:07 Diperbarui: 18 April 2019   21:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Jangan-jangan, juragan terkenal itu hanya bohongan, Pak!"

"Aku yakin bohongan juga, Bu. Jam tangan, sepatu baru dan ikat pinggang TNI-ku itu mana?"

"Kenapa? Barang-barang itu ada di kamar." 

Aku mendehem. "Nanti dia minta pinjam pula. Aduh, menyesal rasanya bertamukan dia. Bukannya memberi kelapangan, malah membuat kita sesak napas. Dia mungkin masih semiskin dulu."

"Padahal tamu itu kan mendatangkan rejeki, Pak!"

"Kali ini menghanguskan rejeki, iya!" Kupukul telapak tangan kiriku dengan kepalan tangan kanan. Seiring kudengar suara langkah di ruang tamu. Moga-moga saja Ir sempat menguping pembicaraan kami. Biar dia lekas pergi karena tak enak hati. Tapi adakah dia memiliki hati? Setahuku, hatinya setebal kulit badak. Susah dilukai.

"Sudah bangun, Ir? Cepat sekali tidurnya," kataku berbasa-basi. Dia sudah duduk di kursi tamu sambil menghabiskan sisa kopinya.

Setelah aku duduk di hadapannya, barulah Ir berkata, "Bagaimana tentang tawaranku barusan?" 

"Kebun pala itu tak akan dijual, Ir!"

Ir merasa serba salah. Ada semburat kecewa di wajahnya. "Wah, sayang sekali. Padahal tanah kebun pala itu sangat cocok dengan rencanaku." Dia terdiam. "Sebenarnya aku berniat mau membangun masjid di situ. Kasihan, setiap akan shalat Jum'at, warga kampung kita terpaksa menyeberang ke kampung tetangga."

Seketika jantungku berdegup kencang. Ada sebersit rasa bersalah menggeliat hati. Tapi, adakah ini sandiwara Ir? Apakah dia hanya ingin mengambil muka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun