Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lubang Pak Kuranji

2 April 2019   10:51 Diperbarui: 2 April 2019   10:54 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Alah, aku lupa! Nantilah kutanyakan lagi."

Hari berganti dengan cepat. Apapun tindak-tanduk Pak Kuranji, tak lagi bisa kami awasi dengan bebas. Lagi pula urusan rumah tangga masing-masing, telah menyita lebih banyak perhatian. Harga-harga serba mahal. Penghasilan tak juga bertambah, kecuali mereka yang bergaji bulanan dan bekerja untuk pemerintah. 

Hingga di suatu senja, Lokot ribut di halaman rumah Ki Marun. Katanya, Pak Kuranji sudah mulai melakukan penanaman lubang. Entah apa yang ditanam.

"Mungkin sesuatu yang rahasia, Ki. Aku melihat kepul asap di sekeliling rumahnya. Mungkin membakar barang bukti." Lokot berbicara terbata-bata. Kerumunan warga memenuhi halaman rumah Ki Marun. 

"Kenapa tak kau selidiki langsung?" tanyaku.

"Bagaimana menyelidikinya? Masuk ke dalam pagar seng itu saja aku takut. Bisa-bisa aku dibunuh Pak Kuranji."

Akhirnya Ki Marun tak bisa menahan kehendak warga yang ingin ramai-ramai mendatangi rumah Pak Kuranji. Hampir tujuhpuluhan orang, kemudian berjalan membawa pentungan dan beberapa senjata tajam. Ki Marun berkali-kali mengatakan jangan sampai terjadi tindakan anarkis. Tapi siapa yang menjamin? Selalu saja tindakan anarkis terjadi bila kondisi ramai dengan massa penuh amarah. Sedikit saja yang memicu, langsung meledak dan menghancurkan.

Kami kemudian merangsek, merobohkan pagar seng rumah Pak Kuranji. Lubang-lubang yang dulu banyak di pekarangan, sekarang sudah ditimbun. Banyak abu bekas pembakaran di tanah. Kami mencari-cari Pak Kuranji, tapi dia tak kami temukan.

"Ayo, gali! Gali lubang yang ditimbunnya."

"Cari barang bukti!"

Lubang-lubang digali. Hanya kertas yang sudah terbakar menjadi serpihan hitam yang kami temukan di setiap lubang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun