Aku terkesiap. Secepat itukah rencana Ayah menikahkan aku dengan Maisaroh? Hatiku terus-terang mekar. Tapi aku gamang dengan keputusan yang tiba-tiba ini, di usiaku yang masih belia.
Dia mendehem. "Ayah harap setelah dia tinggal serumah dengan kita, kau tetap berlaku baik kepadanya. Ayah sudah memutuskan jauh-jauh hari. Ayah sudah menyengaja menginapkannya di rumah si Sutan sementara waktu.Â
Ayah tak ingin buru-buru bertindak karena Ayah takut kau akan malu. Ya, tapi dengan kebersamaan kalian yang sudah berlangsung alami, tak ragu hati Ayah untuk menikahinya. Semoga kau menerimanya dengan lapang-dada. Dia calon ibumu. Dia....."
Kontan tubuhku menegang di kursi. Berarti selama ini?
Bukankah Maisaroh terlalu muda buat Ayah? Bukankah perempuan itu lebih cocok untukku? Ayah tak paham apa yang kumau! Kutatap mata Ayah. Kutatap mulutnya yang masih komat-kamit.Â
---sekian---
1) Jendela Rumah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H