Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kotanopan Kala Itu

30 Maret 2019   10:08 Diperbarui: 30 Maret 2019   11:25 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tadi malam kau sempat mempraktekkannya?" kejar Matdirin.

"Sempat! Cukup menarik, tapi membuatku kuwalat!" jawabku.

"Kok bisa begitu?" Matdirin tertawa.

"Barusan ketika bersua sesuai janji dengan yang kukusip, ternyata dia jelek."

"Tapi berjenis kelamin perempuan, kan?" kelakar Bokor.

"Setan! Kau pikir aku penikmat banci!" 

Pecah tawa di antara kami. 

Kutanyakan kepada mereka di mana Bari. Kata mereka sudah mendengkur di kamar. 

"Eh, kalian tahu tidak kalau dulu pihak kolinial Belanda selalu menginap, berpesta-pesta di pasanggrahan ini?" tanya Matdirin.

"Tahu! Aku melihat beberapa photo orang Belanda di balairung pasanggarahan," jawabku. "Kenapa rupanya?"

Matdirin menyipitkan matanya yang sudah benar-benar sipit dari sananya. Aku dan Bokor menarik kursi merapati Matdirin. Kelihatannya teman yang satu ini cukup serius. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun