Wah, seperti tak percaya rasanya bisa bertemu dengan Tante Halimah. Dia adalah orangtua Iin. Kebetulan benar kami bersua, jadi bisa kutanyakan kabar Iin.
"Iin bersama Tante datang ke Palembang, ya? Iin di mana?"
"Iin?" Raut wajahnya berubah murung.Â
"Kau belum tahu, ya?"
"Kenapa rupanya, Tante?" Aku takut Iin sakit keras. Sebab terakhir kali meneleponku, dia sedang demam. "Dia sakit, ya?"
"Dia telah meninggal dunia empat tahun lalu dalam sebuah kecelakaan di jalan raya Jakarta."
"Meninggal?" Aku hampir terjatuh kalau tak dapat menahan emosi yang berkecamuk. Kucoba menenangkan jiwa sambil berkata, "Maaf Tante, aku tak tahu kalau dia sudah meninggal."
"Tak apa-apa." Rautnya kembali sumringah. "Kalau ingin bertemu aku, datang saja ke hotel ini." Dia menyebutkan sebuah nama hotel yang cukup mewah di Palembang.
Sepeninggal Tante Halimah, pikiranku bertambah berkecamuk. Jadi, siapa perempuan yang mengaku Iin, dan telah meneleponku berkali-kali beberapa hari lalu? Aku bergidik. Sampai sekarang tak ada yang tahu kalau Iin pernah meneleponku, sementara dia sudah meninggal. Jadi, ketika kisah ini kuceritakan kepadamu, maka anggaplah kamu orang pertama yang mengetahuinya. Terima kasih.,
---sekian---