Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antu Banyu 1

1 Februari 2019   10:58 Diperbarui: 2 Februari 2019   13:17 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : pixabay.com

"Sisik? Memangnya dia ikan?"

"Buaya juga memiliki sisik!"

Aku bergeming. Tak guna meladeni anak-anak itu. Lebih baik diam di bale-bale sambil memerhatikan anak ayam Nyai Bedah. Sesekali kutaburi menir. Anak-anak ayam itu ribut mengelilingi kakiku.

"Apakah dia bukan anak antu banyu? Hahahaha!"

"Antu banyu? Kalau dilihat lama-lama, memang iya! Rambutnya panjang tak terurus. Apa namanya itu?"

"Gimbal!"

"Ayahnya?"

"Rambut gimbal!"

"Hahaha! Badannya juga seperti antu banyu. Bentuk segi tiga. Badan kecil, kaki besar."

"Matanya juga bercaya kalau marah. Dia memang antu banyu! Anak antu banyu yang tinggal di atas sungai. Hahaha!"

Hatiku panas. Aku meraih sebatang dahan, hendak mengejar anak-anak itu. Tapi Nyai Bedah mendului, seperti banteng, menyeruduk dengan tongkatnya. Anak-anak berhamburan. Bukan lantaran takut kepada Nyai Bedah saja, tapi mereka tak mau basah karena tiba-tiba hujan turun deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun