Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjamuan Malam

30 Januari 2019   10:00 Diperbarui: 30 Januari 2019   10:11 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Flashback

Tuan Marsis memang berselera makan aneh. Apa-apa yang membuat mual orang, menjadi santapan yang menyenangkan baginya. Seperti acar tikus, semur kadal, sop otak buaya dan lain-lainnya. Beruntunglah dia seorang bermulti-talenta; penulis novel, komponis, pelukis dan makelar barang-barang antik. Dengan begitu dia tak risau membiayai selera perutnya.

Selera gilanya itulah yang membuat selama lima tahun belakangan ini hampir seratusan koki berhenti tanpa pamit. Memang penghasilan bulanan mereka melimpah. Tapi mereka rata-rata menjalani hidup dengan hati was-was. Ide apalagi yang akan dikeluarkan seorang Marsis untuk perjamuan malamnya yang gila?

Dan seminggu belakangan ini, seleranya tiba-tiba mengulah, tapi menimbulkan gelenyar yang nikmat di hati Marsis. Dia tak lagi menginginkan makanan aneh untuk perjamuan malam dari bahan binatang. Dia menginginkan santapan lain dari yang lain. Menikmati organ-organ vital manusia. Bagaimana dia mendapatkannya, itu terserah koki yang dibayarnya begitu mahal.

Malam Kedua

Gemuk merasa sangat senang karena Tuan Marsis selalu sibuk di ruang  kerjanya sejak pagi hingga menjelang siang. Bau bahan-bahan kimia menyerbak. Otak fisikawan itu membuat Tuan Marsis menjadi super jenius. Sementara pekerjaan menulis novel dibengkalaikan dulu. Lukisannya yang baru setengah jadi, dijejalkan di bawah dipan.

Namun selepas makan siang, Tuan Marsis berulah dengan rencana perjamuan malamnya. Dia menginginkan santapan mata manusia, dari manusia yang paling awas sedunia. Entah bagaimana cara mendapatkannya, dia tak perduli. Dia mengancam akan mencungkil kedua mata Gemuk, bila Gemuk tak bisa menunaikan seleranya. Siapa yang tak kalang-kabut dibuatnya?

Perkara bagaimana Gemuk mendapatkan pesanan yang dipertuan agung itu, saya tak perlu menjelaskan di sini. Saya yang membuat cerita, jadi fahami saja dan tetaplah duduk manis demi melangkah ke cerita selanjutnya.

Maka malam itu Gemuk berhasil menyiapkan sepasang mata dari paparazzi terkenal dunia. Paparazzi adalah orang yang bermata awas menurut Gemuk. Dia bisa mengetahui kapan seorang selebritis incarannya keluar dari rumah, dan kapan selingkuh, bercerai, atau mendengkur dengan pasangan homoseksnya.

Tuan Marsis tertawa lebar, Gemuk meletakkan nampan yang berisi  dua bola mata segar. Kali ini dia hanya menyiramkan sampanye ke mata itu. Serta ditaburi cabe rawit, juga lumuran saos tomat dan cabe.

"Ini bisa membuatku menjadi sangat awas. Hingga bila kau mencoba mengambil salah satu barang di ruangan ini, aku pasti tahu." Dia terbahak. Gemuk membungkuk tanpa bisa menatap mata Tuan Marsis. Kali ini dia tak langsung disuruh keluar, tapi dibiarkan melihat perjamuan malam yang memualkan. Gemuk merasa ada hawa panas mengganjal ulu hatinya. Dia mual sangat. Matanya mendelik. Air liurnya muncrat. Dia mencoba tak mau mendengar ketika garpu dan sendok mencincang dua pasang bola mata itu. Tapi, nyaris hatinya melupakan pertunjukan gila itu, saat Tuan Marsis mengakui kehebatan Gemuk, yakni dengan tips melebihi jumlah sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun