Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Kota Berbagai Cerita

21 Januari 2019   13:36 Diperbarui: 21 Januari 2019   13:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ref. Foto : pixabay

Aku langsung kabur mengayuh sepedaku. Aku takut orang-orang itu akan mengejarku. Tapi tak, mereka tetap di kedai itu. Mungkin mereka hanya menganggapku sebagai maling kecil yang tak harus dikejar-kejar.

Kuputuskan lurus ke depan. Kemudian membelok seratus delapan puluh derajat. Aku lebih memilih kembali ke negeriku. Di negeri brengsek itu harga-harga masih termasuk murah termasuk harga diri. Biarlah. Jadilah. Lebih baik mati dihantam hujan batu, tapi dikubur di negeri sendiri, ketimbang dihantam hujan emas di negeri orang. Toh semua berakhir sama, sama-sama mati.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun