Begini. Si Etek itu sudah lebih sepuluh tahun merantau ke Jakarta. Terkabar di tahun pertama dan kedua, dia bekerja di perusahaan kontraktor. Tapi perusahaan kontraktor itu bangkrut, dan hilanglah kabar kemegahan si Etek. Tiga tahun belakangan ini, namanya kembali harum. Sesekali wajahnya nampang di tivi lapau si Ijon yang layarnya sering seperti dirubung lebah itu. Belum lagi di hari raya idul adha tahun kemarin, dia berkurban seekor sapi. Selain dia, ayah-emaknya, nebeng pula empat kerabat yang mendekat-dekatkan diri kepada keluarga Etek, sekadar menggenapkan tujuh orang peserta kurban.
"Etek pasti bertambah tampan saja."
"Dia sudah menikah belum?"
"Kabarnya belum."
"Mampuslah kita. Rafiah Mun pasti digaetnya."
"Atau si Siti anak kepala kampung?"
"Kabarnya pak lurah ikut menyambut Etek."
"Ada gordang sambilan juga?"
"Ya, nanti dia diarak dengan tarian tor-tor, pencak silat, dikalungi ulos, juga ada gendang dan talempong."
"Hebat benar dia."
"Enak betul menjadi artis."