"Membeli mobil?" Aku terlonjak.
"Sebenarnya belum lunas. Baru sebagian yang kubayar. Mobil itu bekas mobil Kak Syaf. Dia bersedia mobilnya kucicil. Ya, nanti Mas juga tak usah berpanas-panas pergi-pulang kantor. Tak kena hujan dan masuk angin." Dia menggeser piring makanan di meja ke dekatku. "Maaf juga salahku selama ini kurang memerhatikan Mas dan terlalu sibuk di dapur. Ya, semua ini karena aku sangat ingin kita memiliki mobil. Kita bisa pergi ke mana-mana dengan anak tanpa takut kepanasan dan kehujanan. Apa yang kulakukan, tak salah kan, Mas?"
Mataku terasa pedas. Lidahku kelu. Senyum perempuan itu semakin lebar.
---sekian---