Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Tak Boleh Disebut Namanya

10 Januari 2019   11:42 Diperbarui: 10 Januari 2019   13:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mas tidur dengan perempuan mana tadi malam?" jeritnya.

"Dengan perempuan? Perempuan mana?"

"Malah balik bertanya! Nih, buktinya." Dia mendekatkan kuku jari tangannya ke mataku. Ada benda hitam dan percikan darah di situ. "Ini kutu dari mana?"

Gara-gara kutu rambut itulah akhirnya hampir sebulan kami tak seranjang. Bukannya kami pisah rumah atau bermaksud bercerai. Melainkan aku tidur di sofa karena istriku tak mau tertular kutu rambut.

Begitulah ceritanya. Kau puas? Mohon maaf kalau cerita ini hanya membuatmu sebal. Tapi kau harus mendengarku sampai titik terakhir pengucapan. Kau, redaktur dan entah siapa saja yang membaca ini memang sudah terkena kutukan yang tak boleh disebut namanya. Kau dan yang lainnya tak sengaja---kendati hanya dalam hati---telah menyebutnya pada alinea pertama cerpen ini.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun