Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tuan Marsis

21 April 2017   17:03 Diperbarui: 22 April 2017   10:00 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya dia mengijinkan. Akhirnya untuk hari-hari yang berkelebat seperti angin, aku tak juga bisa menyelesaikan selembar saja surat perpisahan. Terbayang betapa selama ini telatennya dia menerima setiap maaf dariku, lalu menggumpal seluruh salah untuk dilupa. Terbayang pula selama ini kala terpuruk, tak ada tempat berkisah selain dia. Apakah aku mampu melupakan perhatian dan cintanya? Kucintai diasekali, diamencintaiku sepuluh kali. Seperti laku orang tua terhadap anaknya, maka seperti itu pula lakunyakepadaku.

* * *

Istriku marah besar. Anak-anakku marah besar. Seperti buntelan sampah, aku mendorong tubuh Tuan Marsis ke luar rumah. Aku telah memutuskan untuk tetap bersama dia. Mengganti huruf kapital di bagian depan menjadi; Dia. Begitulah seharusnya pengagungan atasnya.

Aku tak perduli ancaman-ancaman bahwa Marsis akan menarik seluruh harta pemberiannya. Bahkan kemudian menghancurkan keutuhan rumah tanggaku. Kujawab hanya bahak dan sebaris kalimat yang membuatnya terpekik dan menutup telinga. Dia lari terbirit-birit seolah menghindar dari kilat yang saling menyambar.

Kemudian seperti katanya, harta bendaku raib ditelan bumi. Harta istriku. Harta anak-anakku.

Istriku, selanjutnya minggat karena tak tahan malu jatuh miskin. Anak-anakku yang tak lagi mendapat kenikmatan dunia, pun pergi mencari tuannya. Aku dengar mereka sekarang bersama Marsis, entah di mana. Sementara aku dapat menghirup napas lega di sebuah kontrakan kecil. Baru saja aku bercerita kepada Dia, sebuah cerpenku dimuat di sebuah koran bertiras besar.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun