Orang itu memperkenalkan dirinya. Namanya Herman. Dia seorang pemburu babi yang datang dari kota Lampung dan kebetulan kemalaman. “Kami sekadar berolahraga berburu.” Dia memain-mainkan sebatang rokok di sela jemari tangannya.
Lama betul perbincangan yang mulai ramah itu terjadi. Ketika ban serap telah terpasang mantap di posisinya, dan kunci-kunci sudah lengkap, mereka permisi melanjutkan perjalanan kepada Herman.
“Apakah abang pikir Herman seorang baik-baik?” Lobe melemparkan tanya setelah truk melaju sekian puluh meter.
“Jangan pernah berpikir di tempat seperti ini bahwa lawan bicaramu orang baik-baik. Sekali kau lengah, matilah kau dibantai. Jadi tetap waspada saja. Aku curiga dia mempunyai rencana busuk. Ngakunya saja pemburu dari kota Lampung. Tapi tak lebih dari bajing loncat. Aku cemas kalau-kalau kawan si Herman itu sudah menunggu kita di depan sana.”
(Bersambung)
Bagian sebelumnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H