Hari terus berjalan mengejar waktu yang begitu cepat. Ayahnya Fiko dibawa ke Rumah Sakit kembali dan dirawat kembali di Rumah Sakit dengan waktu yang cukup lama.Â
Kondisi Ayahnya semakin memburuk, sudah tidak bisa menikmati makanan seperti sebelumnya, ayahnya harus menikmati makanan menggunakan selang yang melalui rongga hidungnya.Â
Fiko tidak tega melihatnya, ia benar-benar tak berdaya, ia menemani di bangku rumah sakit sembari membaca buku pelajaran karena aku sudah kelas tiga SMA maka ia terus belajar untuk melakukan ujian nasional.
###
Setelah Fiko melakukan Ujian Nasional (UN), sudah dua bulan Ayahnya di Rumah Sakit, ia harus bolak-balik menginap di Rumah Sakit. Fiko menenangkan dirinya menunggu hasil nilai Ujian Nasional yang akan diumumkan besok melalui email, tiba-tiba pada Jumat malam ia dikabarkan bahwa ayahnya kembali memburuk.Â
Fiko pun kaget dan panik ditambah bibinya ke rumah meminta sebuah kain untuk dibawa ke Rumah
Sakit, pikirannya kini semakin kacau dan tidak tenang.
Keesokan harinya ia diboncengi kakaknya menuju Rumah Sakit. Setibanya di Rumah Sakit ia buru-buru menuju kamar ayahnya dirawat, bahkan dirinya lupa kalau hari ini, hari ia pengumuman.Â
Fiko tidak peduli dan berlari menuju ruangan ayahnya. Ketika ia memasuki pintu ruang rawat inap ayahnya, ia lemas, tersungkur, menangis, dan histeris karena ayahnya dalam keadaan koma, dengan mulut penuh selang, alunan detak mesin jantung terus mengiringi.
Fiko tak tahan menahan isak tangis, ia tidak menyangka perjuangan ayahnya akan berakhir di sini di depannya, di saat ini ia pengumunan kelulusan.Â
Fiko membuka ponselnya dan melihat sebuah email masuk dan ia buka ternyata pengumuman kelulusan, ia dinyatakan lulus dengan nilai terbaik. Fiko pun langsung menghampiri dan mengabari ayahnya yang sedang koma tak sadarkan diri dengan membisikan telinganya dan berkata.
"Yah, aku lulus Yah, aku lulus dengan nilai yang memuaskan Yah, aku lulus Yaah" sambil menangis.