Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rintik Sendu di Bawah Pohon Rindang

3 Agustus 2020   23:12 Diperbarui: 3 Agustus 2020   23:09 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiko sekolah di salah satu SMA swasta di Jakarta. Sebelum ia masuk SMA beberapa tahun lalu, ia bersekolah di SMP swasta di salah satu kota di Jakarta. Fiko sangat tidak menyukai bersekolah di SMP tersebut, dikarenakan sekolahnya yang terbilang biasa-biasa saja. 

Namun, mau bagaimana lagi, nilai akhirnya yang tidak mendukung untuk masuk negeri dengan terpaksa ia masuk SMP swasta tersebut dan ia sangat berkecil hati. Ketika ia berkecil hati dan terdiam, tiba-tiba Ayahnya berkata.

"Sekolah di mana aja ko, mau itu negeri, mau swasta, semuanya sama, kualitas pendidikan seseorang tidak ditentukan di mana dia sekolah, dari mana dia lulus, tetapi kualitas pendidikan seseorang berasal dari diri orang tersebut, dari kemauan dan semangat dalam belajar, sekolah hanya sebagai wadah dalam menempuh pendidikan, tetapi kesuksesan seseorang itu dari dalam diri sendiri," ucap sang ayah sambil menyeruput kopi dan bersandar di tembok. Fiko hanya manggut-manggut saja mendengar nasihat Ayahnya sambil berpikir.

sumber ilustrasi: pinterest.com/septella
sumber ilustrasi: pinterest.com/septella

"Banyak orang-orang di luar sana yang sekolahnya favorit, sekolahnya mewah, sekolahnya negeri, tapi engga menjamin kesuksesan orang tersebut, buktinya banyak orang yang dari SD sampe kuliah di Universitas Negeri, banyak juga yang tidak sukses, yang biasa-biasa saja, jadi sekolah atau kuliah di mana saja itu sama," ayahnya melanjutkan pembicaraanya untuk memberi wejangan kepadanya agar semangat. 

Akhirnya Fiko merasa tenang dan menjadi semangat dalam bersekolah, hingga lulus SMP dengan nilai yang memuaskan dan cukup tinggi.

###

Setelah lulus SMP, Fiko melanjutkan pendidikannya ke SMA, tetapi tidak sekolah di SMA negeri dan kembali bersekolah di SMA swasta, dikarenakan walau nilai ujian akhirnya cukup tinggi, tetapi masih kalah tinggi dengan yang lainnya karena nilainya murni dari bocoran kunci jawaban, tidak seperti teman-temannya yang menggunakan bocoran. Sudah beberapa jalur untuk masuk SMA negeri ia ikuti, tetapi nihil hasilnya hingga pada akhirnya ia sekolah di SMA swasta. Namun, kali ini ia tidak berkecil hati karena perkataan Ayahnya pada tiga tahun lalu ketika ia mau masuk SMP membuat dirinya selalu semangat dan optimis. Ia pun merasa nyaman bersekolah di SMA tersebut.

Fiko terkadang suka mengomeli ayahnya, ketika telat menjemut Fiko di sekolah, karena pada saat ia kelas satu SMA, ia tidak membawa sepeda motor. Namun, ayahnya hanya tersenyum manis ketika Fiko mengomeli ayahnya. Setelah kelas dua SMA ia membawa sepeda motor sendiri dan hingga sekarang ia sudah kelas tiga SMA, dikit lagi akan menempuh Ujian Nasional.

Hari-hari dilaluinya dengan sangat baik. Kecerian ayahnya, ibunya dan keluarganya dalam istana kecil rumahnya. Seketika semua itu berubah menjadi duka, penyakit ayahnya yang sebelumnya sudah hilang dioperasi, kini tiba-tiba muncul kembali dan timbul lagi. Kali ini benjolan itu begitu cepat bereaksi dan begitu cepat membesar dari yang sebelumnya, mereka semua cemas, khawatir dan takut terutama ayahnya, raut wajahnya yang
indah, penuh keceriaan, bercahaya seketika berubah menjadi redup temaram yang tampak di wajahnya.

Perubahan dari efek penyakit ini begitu cepat menyerang. Ayahnya semakin hari mulai merasakan mati saraf pada bagian kanan tubuhnya, tetapi ayahnya masih memaksakan untuk bekerja,memaksakan mengendarai sepada motor hujan-hujan dengan keadaan tangan yang tak sempurna untuk digerakan. Namun, ibunya melarang dan mengejar ayahnya agar untuk tidak memaksakan berangkat. 

Akhirnya Ayahnya berhenti karena benar-benar tidak bisa menekan pedal gas sepeda motor, lalu ayahnya menangis, karena hal ini terjadi pada diri beliau, ayahnya tidak ingin diam saja di rumah, ayahnya ingin bekerja berjuang demi keluarga kecilnya. Namun, di sisi lain beliau harus berjuang melawan penyakitnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun