Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita untuk Anak] Tiga Sekawan

16 Januari 2020   10:57 Diperbarui: 16 Januari 2020   11:30 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Kelas akhirnya sangat sepi. Hanya Ima yang ada di situ. Hiii, dia tiba-tiba merasa seram. Bagaimana kalau  ada hantu? Kata Sapto, hantu itu suka mendatangi anak yang sendirian tanpa kawan. Tapi Ima berusaha tenang. Mamanya selalu menasihati Ima agar jangan menjadi anak penakut. Hantu itu tidak ada. Yang ada hanya setan yang menakut-nakuti manusia.

Ima  berlari dengan riang. Rambutnya yang dikepang dua, bergoyang-goyang lucu. Dia melambaikan tangan ke arah rama-rama. Ah, senangnya! Pagi yang cerah ini adalah hari kedua dia bersekolah di esde 234.

Kemarin dia ditemani mama ke sekolah. Dia takut berangkat sendirian. Bagaimana kalau ada orang jahat yang akan menculiknya? Lagi pula, mungkin tidak semua temannya berkelakuan baik. Siapa tahu ada yang seperti si Sansan. Ima kesal membayangkan anak gendut itu. Ima teringat ketika Sansan memasukkan kecoa ke dalam bajunya.

Tapi semua anak di kelas Ima terlihat baik hati.  Beberapa ibu mengelus kepala, dan mencubit pipinya gemas. Ima anak yang pemberani. Rata-rata anak di kelas itu menangis, tidak mau ditinggalkan sang mama. Lain dengan Ima, dia hanya tersenyum ketika mamanya pulang ke rumah.

Ima sebangku dengan Asti. Selain baik hati, Asti juga tetangga Ima. Hmm, mereka asyik mengobrol sebelum jam pelajaran dimulai. Saat istirahat, mereka mulai berani berbelanja ke kantin.

"Besok kita bertemu lagi, ya!" ucap Ima saat pulang sekolah.

"Oke!" Asti mengancungkan jempol sambil menggandeng tangan mamanya.

Sekarang Asti sedang apa, ya? Ima ingin bercerita kepadanya. Ima tidak lagi diantar oleh mamanya. Bagaimana dengan Asti? Apakah dia masih diantar mamanya?

Ima pun tiba di kelasnya. Asti  ternyata belum datang. Ah, mungkin sebentar lagi. Ima melihat ke gerbang sekolah, siapa tahu kawan baiknya itu ada di sana. 

Tapi hingga bel berbunyi, Asti tidak kelihatan. Donal memberitahu Bu Fatma, Asti tidak masuk sekolah karena demam. Uh, masih sekolah hari kedua Asti sudah sakit! Ima merengut. Dia mulai cemas tidak mempunyai kawan.

Saat jam istirahat, dia hanya duduk di bangkunya. Dia ingin ke kantin sekolah, tapi takut pergi sendirian. Beberapa kawannya mengajak Ima bermain lompat tali. Dia menjawab dengan menggeleng cepat. Gadis berwajah pucat yang duduk di bangku belakang, mengajak Ima main masakan-masakan.

"Ah, tidak! Aku di sini saja," jawab Ima.

Kelas akhirnya sangat sepi. Hanya Ima yang ada di situ. Hiii, dia tiba-tiba merasa seram. Bagaimana kalau  ada hantu? Kata Sapto, hantu itu suka mendatangi anak yang sendirian tanpa kawan. 

Tapi Ima berusaha tenang. Mamanya selalu menasihati Ima agar jangan menjadi anak penakut. Hantu itu tidak ada. Yang ada hanya setan yang menakut-nakuti manusia.

Mendadak terdengar suara benda jatuh di sudut kelas. Apa itu? Apakah dia hantu? Ima ingin menangis, berlari keluar kelas. Namun kakinya tidak bisa melangkah. Keringat dingin mengalir di keningnya.

"Hei!" Suara itu semakin membuat Ima takut. Dia  memejamkan mata, tidak ingin melihat sosok hantu itu. "Kau kenapa?"

Ima membuka matanya perlahan. Ada sesosok berwajah pucat berdiri di depannya. "Han-han," teriak Ima gugup.

"Aku bukan hantu. Aku Suci. Aku duduk di belakang." Ima mengelus dadanya lega. Ternyata yang dikiranya hantu itu adalah si gadis berwajah pucat.

Ima menerima uluran tangan Suci. Lalu, terbata-bata dia mengatakan ada suara jatuh di sudut kelas. Apakah itu suara hantu? Ima tidak ingin belajar di kelas yang ada hantunya.

Suci tertawa terbahak-bahak. "Hantu?" Dia mengajak Ima melihat hantu itu. Oh, ternyata dia hanya seekor kucing anggora. Kucing itu milik Suci. Namanya Kiki. Dia berbulu lebat dan berwajah lucu. Eh, apakah ke sekolah diperbolehkan membawa hewan peliharaan?

Rupanya ayah Suci seorang penjaga sekolah. "Kami memang tinggal di lingkungan sekolah ini. Kiki sering bermain di kelas kita. Dia suka mencari tikus untuk mainan. Hahaha."

Ima tersenyum lega. Dia semakin akrab dengan Suci. Sejak itu Ima, Asti dan Suci menjadi tiga sekawan. Mereka selalu mendapat rangking tiga besar, dan menjadi contoh murid-murid lain.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun