Kelas akhirnya sangat sepi. Hanya Ima yang ada di situ. Hiii, dia tiba-tiba merasa seram. Bagaimana kalau  ada hantu? Kata Sapto, hantu itu suka mendatangi anak yang sendirian tanpa kawan. Tapi Ima berusaha tenang. Mamanya selalu menasihati Ima agar jangan menjadi anak penakut. Hantu itu tidak ada. Yang ada hanya setan yang menakut-nakuti manusia.
Ima  berlari dengan riang. Rambutnya yang dikepang dua, bergoyang-goyang lucu. Dia melambaikan tangan ke arah rama-rama. Ah, senangnya! Pagi yang cerah ini adalah hari kedua dia bersekolah di esde 234.
Kemarin dia ditemani mama ke sekolah. Dia takut berangkat sendirian. Bagaimana kalau ada orang jahat yang akan menculiknya? Lagi pula, mungkin tidak semua temannya berkelakuan baik. Siapa tahu ada yang seperti si Sansan. Ima kesal membayangkan anak gendut itu. Ima teringat ketika Sansan memasukkan kecoa ke dalam bajunya.
Tapi semua anak di kelas Ima terlihat baik hati. Â Beberapa ibu mengelus kepala, dan mencubit pipinya gemas. Ima anak yang pemberani. Rata-rata anak di kelas itu menangis, tidak mau ditinggalkan sang mama. Lain dengan Ima, dia hanya tersenyum ketika mamanya pulang ke rumah.
Ima sebangku dengan Asti. Selain baik hati, Asti juga tetangga Ima. Hmm, mereka asyik mengobrol sebelum jam pelajaran dimulai. Saat istirahat, mereka mulai berani berbelanja ke kantin.
"Besok kita bertemu lagi, ya!" ucap Ima saat pulang sekolah.
"Oke!" Asti mengancungkan jempol sambil menggandeng tangan mamanya.
Sekarang Asti sedang apa, ya? Ima ingin bercerita kepadanya. Ima tidak lagi diantar oleh mamanya. Bagaimana dengan Asti? Apakah dia masih diantar mamanya?
Ima pun tiba di kelasnya. Asti  ternyata belum datang. Ah, mungkin sebentar lagi. Ima melihat ke gerbang sekolah, siapa tahu kawan baiknya itu ada di sana.Â
Tapi hingga bel berbunyi, Asti tidak kelihatan. Donal memberitahu Bu Fatma, Asti tidak masuk sekolah karena demam. Uh, masih sekolah hari kedua Asti sudah sakit! Ima merengut. Dia mulai cemas tidak mempunyai kawan.