Dia tersenyum cerah, membayangkan sebentar lagi ada kejadian paling spektakuler menimpa kota ini.
Tapi, tapi... siapa lelaki tua yang sedang mendekati Dimitri? Dimitri kecut, apalagi lelaki tua itu duduk di sebelahnya. Apakah lelaki tua itu telah mengendus rencana bunuh diri Dimitri?
"Hai, anda suka juga menikmati pagi di taman kota. Kenalkan, nama saya Gregori. Anda siapa?" Lelaki tua itu berbasa-basi.
"Dimitri!"
"Anda pengacara terkenal itu, ya? Wah, saya beruntung bertemu anda." Gregori memeluk erat sahabat barunya. "Pengacara seterkenal anda masih kelihatan gagah dan tampan. Anda juga belum ubanan. Hebat! Usia anda berapa?"
"Tujuh puluh tahun!"
"Selamat!" Dia menyalami Dimitri dengan wajah bangga. "Coba tebak berapa usia saya."
"Tujuh puluh lima tahun."
"Anda salah! Saya masih enam puluh tahun. Beda usia kita sepuluh tahun. Saya akan memanggil anda kakak tua. Tapi bukan nama burung." Gregori terkekeh. Pelan sekali dia mengambil dua potong roti. Satunya dikasihkan ke Dimitri. Tapi sebelum menikmati roti, dengan gemetar dia mengeluarkan suntik. Dia meminta tolong Dimitri menyuntikkannya tepat di perut, tidak jauh dari pusar.
"Andai pemakai?"
"Hahaha! Bukan! Ini suntik insulin. Kalau saya makan tanpa disuntik insulin, gula darah saya akan melonjak."