Shin dan Syim dua orang pemuda dengan julukan  "Dua Mata Pedang" yang mashur dikalangan anak-anak, remaja, dan dewasa. Mereka dijuluki dengan Dua Mata Pedang karena tingkat keahliannya dalam menggunakan pedang yang mampu menandingi orang dewasa bahkan guru mereka sendiri. Seluruh anggota geng takut mendengar nama mereka dan berhadapan langsung dengan mereka.
Shin dan Syim adalah dua sahabat yang tidak bisa dipisahkan, meskipun dari clan yang berbeda mereka sudah seperti saudara kembar kemanapun selalu bersama. Sangat jarang orang bertemu dengan seorang saja diantara mereka berdua. Mereka dipertemukan di Akademi Teijutsu yang berada di negri itu. Berbeda dengan pemuda lain, mereka memiliki penderitaan dan rasa sakit yang sama. Yaitu anak yatim piatu yang tinggal dipanti asuhan kota tersebut, orang tua mereka meninggal pada perang dunia kedua.
Sayangnya kebersamaan dan persahabatan mereka tinggal kenangan semata semenjak di Akademik. Persahabatan yang telah lama dibina pupus begitu saja akibat rasa cemburu yang mendalam.  Mereka berdua memang ahli dalam menggunakan pedang, namun Shin lebih  ceras dan tanggap dalam memberikan solusi dari setiap permasalahn. begitu juga dengan rancangan strategi perangnya sangat layak dicoba, akibat kecerdasannya negara mereka mampu memenangkan beberapa perang kecil. Itulah alasan yang diketahui Syim kenapa Raja negri itu lebih memilih Shin sebagai Jendral Komando perang sekaligus pengawal istana. Yang paling Syim kesalkan kenapa ia tidak diikutsertakan, karena dalam keadaan apapun mereka selalu bersama.
Meskipun Shin tinggal di Istana kerajaan, tiap minggu sekali ia tetap datang menjenguk Syim dan membawakan sedikit oleh-oleh istana. Namun silih bergantinya waktu sikap Syim semakin jauh berubah, tidak seperti dirinya yang dulu lagi.
"Ada apa denganmu Syim? Apa kau baik-baik saja" Tanya Shin. Syim hanya terdiam berdiri menatapi kerumunan orang dari belakang jendela rumahnya. "Coba ceritakan masalahmu padaku. Bukankah dulu kau sangat suka bercerita padaku" sambung Shin.
"Hhmmh... dulu ya, waktu terasa begitu cepat berubah teman" terdiam sejenak "Dengar baik-baik Shin, aku akan membuktikan padamu kalau akujuga layak memimmpin pasukan perang yang banyak" sambung Syim setelah lama tediam.
Jawaban Syim membuat suasana menjadi tegang dan menjadikan pembicaraan menjadi hening lagi. "itu adalah ambisi yang bagus Syim, tapi pasukan perang mana yang kau maksud itu". Sahut Shin berusaha merubah keheningan ruangan itu.
Syim hanya diam saja tidak menjawab sepatah katapun bahkan tidak mau melihat sahabatnya yang sedang berbicara itu. Syim hanya memandangi kerumunan orang yang berjalan di kota kecil itu dan bersikap acuh kepada Shin sahabat karibnya.
"Baiklah Syim, sepertinya hari sudah mulai gelap, aku pamit pulang keistana dulu. Jaga dirimu baik-baik sahabatku. Oh ya sepertinya minggu depan aku tidak bisa mengunjungimu karena raja memintaku menemaninya ke negri Limatox. Satu hal lagi, aku akan terus berdoa agar ambisimu dapat kau capai". Ucap Shin bangkit dari tempat duduknya meninggalkan Syim berjalan melewati pintu rumah dan menaiki kuda putihnya.
Setelah lama tidak bertemu karana Shin sibuk dengan urusannya, sesampainya di tempat tinggal Syim, dia tidak berada disitu dan rumah itu kelihatan telah lama ditinggalkan. Shin masuk memastikan, ia melihat sudah banyak sarang laba-laba pertanda sudah lama ditinggalkan.
"Lapor jendaral, istana kita diserang kelompotan pemberontak Ozuma" Kata seorang prajurit terbaik yang menghampiri Shin.
"kita sekarang menuju istana" Ucap Shin tegas.
Sesampai di istana, pengawal kerajaan sudah banyak yang tergeletak bersibah darah, mayat-mayat pasukan elit digantung di gerbang istana. Kejadian yang sangat tragis, sang raja pun telah terbunuh begitu juga dengan keluarga raja. Shin yang melihat kejadian itu menangis dan berteriak histeris karena ia merasa bersalah atas kejadian ini.
"Lapor jendral, musuh masuh belum jauh, dan masih diikuti beberapa pasukan yang mengejar, pemberontak Ozuma berlari kearah hutan di selatan. Apa tindakan kita selanjutnya jendral" Kata seorang prajurit pengejar yang diutus menyampaikan informasi ke istana khususnya kepada jendral Shin.
"Kita akan mengepung membagi tiga pasukan, pasukan pertama adalah pasukan elit yang tersisa mengejar kelompok itu ketengah hutan" Ucap Shin membuat strategi.
"Pasukanku tinggal sedikit yang berhasil hidup jendral. Meskipun kami adalah pasukan elit kami tidak akan mampu melawan pasukan pemberontak yang banyak itu" Sahut pemimpin pasukan elit.
"Disaat pasukan kita mengejar mereka kehutan itu adalah pengalihan. Hutan itu adalah jalan buntu, dimana ujung dari hutan itu adalah pantai dengan tebing yang terjal. Didalam hutan mereka membagi pasukan mereka menjadi dua, yang pertama akan terus mengarah keseleatan untuk mengelabui kita, sementara yang lainnya belok kearah barat menuju perbukitan dataran tinggi yang dimana dibalik bukit itu ada pantai yang bersambung dengan pantai yang ada di selatan" Jelas Shin menunjukkan peta."Jika keseluruhan pasukan kita mengejar kedalam hutan, bisa saja mereka sudah menunggu dari atas bukit dengan busur panah, tombak, atau membuat bola api besar karena ini musim kemaru akhir tahun maka angin datang dari arah barat. dan kita akan terperangkap di dalam hutan yang terbakar".
"Kemudian pasukan kedua, kalian pacu kuda kalian menuju pantai dibarat, jika menemukan kapal di tepi pantai langsung saja bakar, karena nelayan kita tidak berlayar diakhir tahun" diam sejenak "Saya serahkan pasukan ini padamu Nun".
"Selanjutnya saya dan keseluruhan tentara yang tersisa akan menyusul dibelakan pasukan kedua, dan kita akan mengepung mereka di tepi pantai"
Firasat  Shin tentang semuanya benar, pasukan Ozuma membakar hutan kering dengan bola-bola api besar yang menggelinding dari bukit serta busur panah yang terbakar. Disisi lain pasukan kedua yang pimpin Nun menemukan kapal yang terparkir dipantai, kemudian menyerang para penjaga kapal hingga semuanya mati, Merekapun membakar petasan yang bisa terbang keudara sebagai tanda misi mereka berhasil. Shin yang melihat hal itu langsung bergegas memacu kudanya menuju pantai barat.Â
Pasukan Ozuma akhirnya terkepung, jika lari ke bukit mereka akan mati terbunuh, karena Shin dan pasukannya telah tiba dilokasi. berenang kelautan bukanlah pilihan yang tepat karena kapal yang mereka parkitkan telah diselimuti api ditengah lautan. Shin yang melihat pasukan pemberontakpun mencabut pedangnya dengan muka garang serta berteriak keras dan memacu kudanya ke pantai diikuti para pasukan. Akhirnya pemberontak ozuma memutuskan untuk bertempur.
Shin yang sudah memacu kudanya mengejar dan membunuh para musuh yang ada dihadapannya. Namun ia lebih mengincar pemimpin pasukan pemberontak tersebut. Shin akhirnya bertempur dengan pemimpin kelompok Ozuma, pedang mereka beradu hingga mengeluarkan percikikan api. Setelah lama bertarung satu tebasan pedang Sin mengenai tangan lawannya dan menghantamkan kepalan tangannya kearah musuhnya hingga topeng musuhnya pecah dan wajah aslinya bisa terlihat. Shin kaget melihat lawan bertarungnya adalah Syim sahabat karibnya sendiri. Shin seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihatÂ
"Apa kabar saudaraku?" Memecah lamunan Shin "Kau tidak perlu terkejut begitu" Ucap Syim tidak merasa bersalah sedikit pun. "Inilah impianku Shin" sambungnya dan melanjutkan pertarungan.
"Ada apa denganmu Syim? Kenapa kau lakukan ini semua" ucap Shin, namum Syim tak memperdulikan. "Apa kau marah dengan putusan raja dan padaku".
"Aku hanya ingin merubah takdirku. Kau dan mereka semua sama saja, tidak pernah menganggap keberadaanku. Aku benci kalian semua" teriak Syim.
"Pada awalnya, aku memang cemburu kenapa hanya kau saja? Padahal kita sama-sama berbakat, kita tidak bisa dipisahkan. Kau dipuji, dikagumi, dan aku hanya tinggal hinaan orang, tidak ada lagi yang menghargaiku. Tapi disini aku dihargai Shin tidak seperti kalian semua yang munafik".
"Kau sudah salah faham saudaraku, kau adalah keluargaku satu-satunya Syim, aku sudah meminta kepada petinggi kerajaan tapi mereka tidak mendengarkanku"
"Dasar munfik" ucap Syim "Kau juga pasti tahu kalau aku bukanlah penduduk negri ini, Â aku adalah anak jendral dari negri Nathalan yang dulu kalian perangi. Kalian membunuh ayah ibuku, dan kalian menculikku. Akulah yang membunuh raja kalian untuk membalaskan dendamku" sambungnya.
Disaat Shin lengah Shin berhasil menumbangkan Syim dan membuatnya terbaring ditanah. Tubuhnya lemah tak berdaya "Sebaiknya kau bunuh aku, aku sudah tak layak hidup lagi dengan keadaanku yang sekarang" Ucap Syim terbata-bata dan sudah mengeluarkan darah dari mulutnya, akibat pukulan Sin kewajahnya.
"Tidak Syim, aku tidak akan pernah membunuhmu, aku lebih suka memilih melakukan apapun bersama-sama dengamu, bahkan menghembuskan nafas terakhir sekalipun" Sahut Shin
"Jika memang begitu buktikanlah padaku". Terdiam sejenak "Mungkin aku tidak lama lagi bertahan, untuk membuktikan perkataanmu itu, aku ingin kita mati disini bersama. Apa kau sanggup Shin?" Situasi menjadi hening, para pasukan masih sibuk dengan pertarungannya.
"Baiklah jika memang itu yang kau inginnkan sahabatku " Sahut Shin.
Shin membuka baju perangnya hingga tersisa baju biasa dan mencabut pedang kecil dari pinggangnya dan berkata "Kalian semua dengarkan baik-baik, setelah pisau ini tertancap di dadaku, aku ingin kalian semua menghentikan pertempuran ini dan buatlah perjanjian perdamaian antara Negara kita dan Clan Ozuma. Hapuskanlah dendam para nenek moyang kita dan buatlah perdamaian yang indah agar generasi kita kedepannya tidak lagi merasakan seperti rasa sakit yang telah kita rasakan" Ungkap Shin sedih hingga meneteskan air mata.
Pertempuran yang tadinya bergejolak sketika menjadi hening, pandangan semua orang tertuju pada mereka berdua. Shin menatap lamat-lamat prajuritnya dan para pemberontak. Ia berharap keinginan terakhirnya ini dapat dilaksanakan. Shin menutup mata, mengarahkan ujung pisau yang ditangan kearah dadanya. Disaat Shin mengayunkan tangannya "PLAAKK" Syim menangkap lengan Shin yang mencoba bunuh diri, pisaunya belum menancap namu luka kecil terlihat di dada Shin terkena ujung pisau.
"Sudah, cukup Shin aku sudah tahu tentang perasaanmu. Seperti dirimu, aku juga menganggap bahwa hanya kaulah keluargaku satu-satunya. Setelah kau pergi dengan urusanmu aku kesepian, tiada lagi orang yg mendengarkan ceritaku, dan tak ada tertawa bersama. Yah, aku hanya sedikit cemburu padamu tapi itu jugalah yang akan menghancurkan persahabatan kita" ucap Syim masih memegang lengan Shin "Seperti ambisimu, kita akan menghentikan pertikaian diantara kita dan menciptkan perdamaian yang indah  untuk generasi kita selanjutnya" sambung Syim.
"Aku telah banyak merasakan sakitnya ditinggal keluarga, dan aku tidak ingin kehilanganmu lagi" Ucap Syim berderai air mata.
Pertempuran pun berhenti, mulai dari hari itu tidak ada lagi pertempuran antara Clan Ozuma dan Negara Sirput Gaja atau dengan negara manapun kerena pemimpin dari kedua belah pihak telah menyetujui perjanjian abadi yang artinya menghapus kenangan buruk masa silam. Karena Raja yang dulu telah meninggal beserta keluarganya, maka pemimpin kerajaan pun digantikan oleh Shin dan disetujui oleh penduduk negri dan Syim dingakat menjadi penasehat kerajaan sekaligus pemimpin aliansi pasukan di Negara itu.
                                                TAMAT...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H