Mohon tunggu...
Tankulava
Tankulava Mohon Tunggu... Guru - Rifai el-Carbon

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN-SU

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Sebuah Ikatan

8 September 2020   18:21 Diperbarui: 8 September 2020   18:07 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Tankulava News

"kita sekarang menuju istana" Ucap Shin tegas.

Sesampai di istana, pengawal kerajaan sudah banyak yang tergeletak bersibah darah, mayat-mayat pasukan elit digantung di gerbang istana. Kejadian yang sangat tragis, sang raja pun telah terbunuh begitu juga dengan keluarga raja. Shin yang melihat kejadian itu menangis dan berteriak histeris karena ia merasa bersalah atas kejadian ini.

"Lapor jendral, musuh masuh belum jauh, dan masih diikuti beberapa pasukan yang mengejar, pemberontak Ozuma berlari kearah hutan di selatan. Apa tindakan kita selanjutnya jendral" Kata seorang prajurit pengejar yang diutus menyampaikan informasi ke istana khususnya kepada jendral Shin.

"Kita akan mengepung membagi tiga pasukan, pasukan pertama adalah pasukan elit yang tersisa mengejar kelompok itu ketengah hutan" Ucap Shin membuat strategi.

"Pasukanku tinggal sedikit yang berhasil hidup jendral. Meskipun kami adalah pasukan elit kami tidak akan mampu melawan pasukan pemberontak yang banyak itu" Sahut pemimpin pasukan elit.

"Disaat pasukan kita mengejar mereka kehutan itu adalah pengalihan. Hutan itu adalah jalan buntu, dimana ujung dari hutan itu adalah pantai dengan tebing yang terjal. Didalam hutan mereka membagi pasukan mereka menjadi dua, yang pertama akan terus mengarah keseleatan untuk mengelabui kita, sementara yang lainnya belok kearah barat menuju perbukitan dataran tinggi yang dimana dibalik bukit itu ada pantai yang bersambung dengan pantai yang ada di selatan" Jelas Shin menunjukkan peta."Jika keseluruhan pasukan kita mengejar kedalam hutan, bisa saja mereka sudah menunggu dari atas bukit dengan busur panah, tombak, atau membuat bola api besar karena ini musim kemaru akhir tahun maka angin datang dari arah barat. dan kita akan terperangkap di dalam hutan yang terbakar".

"Kemudian pasukan kedua, kalian pacu kuda kalian menuju pantai dibarat, jika menemukan kapal di tepi pantai langsung saja bakar, karena nelayan kita tidak berlayar diakhir tahun" diam sejenak "Saya serahkan pasukan ini padamu Nun".

"Selanjutnya saya dan keseluruhan tentara yang tersisa akan menyusul dibelakan pasukan kedua, dan kita akan mengepung mereka di tepi pantai"

Firasat  Shin tentang semuanya benar, pasukan Ozuma membakar hutan kering dengan bola-bola api besar yang menggelinding dari bukit serta busur panah yang terbakar. Disisi lain pasukan kedua yang pimpin Nun menemukan kapal yang terparkir dipantai, kemudian menyerang para penjaga kapal hingga semuanya mati, Merekapun membakar petasan yang bisa terbang keudara sebagai tanda misi mereka berhasil. Shin yang melihat hal itu langsung bergegas memacu kudanya menuju pantai barat. 

Pasukan Ozuma akhirnya terkepung, jika lari ke bukit mereka akan mati terbunuh, karena Shin dan pasukannya telah tiba dilokasi. berenang kelautan bukanlah pilihan yang tepat karena kapal yang mereka parkitkan telah diselimuti api ditengah lautan. Shin yang melihat pasukan pemberontakpun mencabut pedangnya dengan muka garang serta berteriak keras dan memacu kudanya ke pantai diikuti para pasukan. Akhirnya pemberontak ozuma memutuskan untuk bertempur.

Shin yang sudah memacu kudanya mengejar dan membunuh para musuh yang ada dihadapannya. Namun ia lebih mengincar pemimpin pasukan pemberontak tersebut. Shin akhirnya bertempur dengan pemimpin kelompok Ozuma, pedang mereka beradu hingga mengeluarkan percikikan api. Setelah lama bertarung satu tebasan pedang Sin mengenai tangan lawannya dan menghantamkan kepalan tangannya kearah musuhnya hingga topeng musuhnya pecah dan wajah aslinya bisa terlihat. Shin kaget melihat lawan bertarungnya adalah Syim sahabat karibnya sendiri. Shin seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun