"Oooooo pantaslah belakangan ini sering memperhatikan dan cari perhatian sama dia"
"Kenapa tidak mengatakannya dari dulu kalau kamu naksir sama dia. Kan kami bisa bantu-bantu biar kalian cepat jadian. Ya kan Fal?"
"Iya dong"
"Gimana ya bilangnya, jangankan mengungkapkan perasaan, bicara formal saja didepanna jantungku sudah dagdigdug. Nanti kalian ejek pula aku".
"Masa kami gitu sama sahabat sendiri"
"Eh.. hati-hati lho, kalau di biarkan lama-lama akan berpaling kepada oranng lain. Bisa saja berpaling padaku" Ucap Faldi menakuti Billy.
"Amit-amit dah. Jujur ya, cuma dia satu-satunya wanita pujaan hati. Malam di rindu siang di nanti"
"Lagian dia bukan tipe kami kok. Hahahaha" Amat dan Faldi tertawa terbahak-bahak.
Mereka adalah tiga sejoli yang sudah berteman sejak lama, muali dari anak-anak hingga sekarang. Sudah ibarat saudara satu sama lain. Tidak susah mencari salah seorang dari mereka karena selalu bersama. Berselisih faham sedikit tidak membuat persahabatan mereka hengkang. Sampai orang sekampung menilai mereka adalah tiga kembar bersaudara. Mereka menjalin persahabatan saling transparan, tidak ada yang di tutupi.
Nah. Jika teman-teman merasa ceritanya nanggung itu adalah ulah si penulis yang hanya sekali seminggu mengirimkan sambungan ceritanya. Berikan komentarmu mengenai cerita novel ini tanpa rasa sungkan, dan semoga menghibur
Atau klik link ini https://www.kompasiana.com/rifai24594/5f5725ef5a74dc5ec73cd4d2/surat-yang-terakhir-upacara-bendera