Mohon tunggu...
Rifa Anisatul Kumairoh
Rifa Anisatul Kumairoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

penyuluhan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rantai Pasokan Komoditas Pertanian Cabai Rawit (Capsicum Frustescens) di Indonesia

6 Juni 2022   20:00 Diperbarui: 6 Juni 2022   20:08 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komoditas cabai dijual kepada pedagang besar melalui pengepul. Selanjutnya disalurkan kepada pedagang eceran di pasar Bersehati, namun pada saluran ini komoditas cabai tidak sampai ke konsumen secara langsung melainkan melalui penyedia jasa online yang digunakan oleh konsumen. Aliran komoditas cabai dari masing-masing pasokan masih terjadi selama pandemi. Namun, aliran produk berubah di saluran II dimana peran layanan online sangat dibutuhkan untuk aliran produk komoditas cabai.

- Aliran Keuangan

            Mekanisme yang terjadi pada aliran keuangan pada saluran II adalah sistem transaksi tunai online. Pada masa pandemi, pendapatan masing-masing pelaku berubah karena penurunan pendapatan bagi pedagang namun menguntungkan bagi penyedia layanan online karena digunakan konsumen untuk melakukan belanja online.

-  Aliran Informasi

            Mekanisme yang terjadi dimana konsumen menginformasikan jumlah permintaan kepada penyedia layanan yang digunakannya dapat melalui aplikasi online gojek/grab atau program dari Bank Indonesia yang mendistribusikan kontak retailer di pasar Bersehati. Setelah tercapai kesepakatan antara keduanya, layanan online yang digunakan melakukan transaksi langsung dengan pengecer di pasar sesuai dengan permintaan kesepakatan yang dibuat oleh konsumen dan penyedia layanan.

Efisiensi Rantai Pasokan Cabai Rawit 

Efisiensi Rantai Pasokan cabai rawit studi kasus didesa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.

Tabel 1. Marjin Pemasaran dan Farmer Share dalam Rantai Pasokan Komoditas      

              Cabai rawit

Tabel menunjukkan bahwa pengumpul lokal mengeluarkan biaya seperti biaya transportasi dan pengemasan. Biaya yang paling tinggi adalah beban penyusutan, yaitu Rp 375 per kg. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengumpul lokal dipengaruhi oleh jumlah cabai rawit yang dihitung dalam karung dan jarak antar tempat pedagang pasar. Ongkos angkut untuk satu karung adalah Rp. 10.000 yang berisi kurang lebih 40 kg. 

Harga beli cabai rawit dari petani produsen adalah Rp. 15.000 per kg dan dijual ke tengkulak seharga Rp. 17.000 per kg. Total biaya di tingkat pengumpul lokal Rp 950 dan keuntungan Rp 1.050 per kg. Margin pemasaran yang diperoleh pengepul lokal sebesar Rp. 2.000 per kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun