Komoditas cabai dijual kepada pedagang besar melalui pengepul. Selanjutnya disalurkan kepada pedagang eceran di pasar Bersehati, namun pada saluran ini komoditas cabai tidak sampai ke konsumen secara langsung melainkan melalui penyedia jasa online yang digunakan oleh konsumen. Aliran komoditas cabai dari masing-masing pasokan masih terjadi selama pandemi. Namun, aliran produk berubah di saluran II dimana peran layanan online sangat dibutuhkan untuk aliran produk komoditas cabai.
- Aliran Keuangan
      Mekanisme yang terjadi pada aliran keuangan pada saluran II adalah sistem transaksi tunai online. Pada masa pandemi, pendapatan masing-masing pelaku berubah karena penurunan pendapatan bagi pedagang namun menguntungkan bagi penyedia layanan online karena digunakan konsumen untuk melakukan belanja online.
- Â Aliran Informasi
      Mekanisme yang terjadi dimana konsumen menginformasikan jumlah permintaan kepada penyedia layanan yang digunakannya dapat melalui aplikasi online gojek/grab atau program dari Bank Indonesia yang mendistribusikan kontak retailer di pasar Bersehati. Setelah tercapai kesepakatan antara keduanya, layanan online yang digunakan melakukan transaksi langsung dengan pengecer di pasar sesuai dengan permintaan kesepakatan yang dibuat oleh konsumen dan penyedia layanan.
Efisiensi Rantai Pasokan Cabai RawitÂ
Efisiensi Rantai Pasokan cabai rawit studi kasus didesa Ciandum Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya.
Tabel 1. Marjin Pemasaran dan Farmer Share dalam Rantai Pasokan Komoditas   Â
       Cabai rawit
Tabel menunjukkan bahwa pengumpul lokal mengeluarkan biaya seperti biaya transportasi dan pengemasan. Biaya yang paling tinggi adalah beban penyusutan, yaitu Rp 375 per kg. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengumpul lokal dipengaruhi oleh jumlah cabai rawit yang dihitung dalam karung dan jarak antar tempat pedagang pasar. Ongkos angkut untuk satu karung adalah Rp. 10.000 yang berisi kurang lebih 40 kg.Â
Harga beli cabai rawit dari petani produsen adalah Rp. 15.000 per kg dan dijual ke tengkulak seharga Rp. 17.000 per kg. Total biaya di tingkat pengumpul lokal Rp 950 dan keuntungan Rp 1.050 per kg. Margin pemasaran yang diperoleh pengepul lokal sebesar Rp. 2.000 per kg.