Maka dari itu, koleksi buku-buku fiksi juga perlu menjadi urgensi bagi sekolah agar dapat menarik minat peserta didik untuk mengembangkan pemberdayaan perpustakaan.Â
Buku-buku fiksi tersebut juga masih pelrlu tahap seleksi karena sekiranya harus disesuaikan dengan tingkat peserta didik masing-masing.Â
Sebagai contoh, tidak patut perpustakaan sekolah SD menyediakan buku fiksi yang berbau kekerasan maupun kesehatan mental karena tidak relevan dengan tingkat umur mereka.
Staf perpustakaan dan pihak sekolah perlu bekerja sama secara baik, berkoordinasi dan berkolaborasi untuk dapat memberdayakan pengelolaan perpustaakan sekolah.Â
Fasilitas perpustakaan juga sebaiknya perlu digiatkan sesuai perpustakaan pada umumnya, yaitu perpustakaan-perpustakaan terkini.Â
Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas pembaharuan sehingga akhirnya perpustakaan sekolah yang sudah dikelola dengan baik dapat menarik atensi peserta didik untuk datang ke perpustakaan.
Pentingnya kesadaran peserta didik untuk memberdayakan perpustakaan sekolah mereka sendiri juga perlu digaungkan.Â
Dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan penyebaran informasi pentingnya perpustakaan di majalah dinding datau di sosial media.Â
Penyebaran informasi perpustakaan diikuti dengan ilustrasi yang penuh warna agar dapat membuat peserta didik tertarik membaca.Â
Terlebih lagi jika peserta didik mengetahui sudah terdapat pemenuhan kebutuhan digitalisasi di perpustakaan, baik lengkapnya kebutuhan buku fiksi dan non fiksi, fasilitas-fasilitas terbaru, komputer dan WiFi maka peserta didik menjadi berminat untuk datang ke perpustakaan untuk kepentingan literasi maupun rekreasi.
Peran peserta didik dalam pemberdayaan perpustakaan sangat penting untuk kemajuan literasi sekolah itu sendiri. Namun yang tidak kalah penting juga staf perpustakaan dan pihak sekolah sebagai bagian pengorganisasian perpustakaan.Â