ilustrasi: perpustakaan sekolah. (Sumber: Pixabay/StockSnap)
Isu perpustakaan sekolah terkini tak jauh dari kata merosotnya minat peserta didik terhadap eksistensi dan perannya dalam pendidikan.Â
Dengan kata lain, hal tersebut merupakan suatu hal yang urgen. Seperti yang diketahui, di masa globalisasi ini, segala hal dapat dilakukan secara digital.Â
Begitu juga kepraktisannya berpengaruh pada perpustakaan sekolah. Peserta didik lebih memilih belajar dan mengerjakan tugas lewat handphone dengan mengakses internet daripada pergi ke perpustakaan untuk mencari buku sebagai bahan referensi untuk tugasnya.
Hal ini tidak mengejutkan karena faktanya di lapangan berkata demikian. Digitalisasi merambah semua sisi, tak terkecuali dapat menggantikan peran perpustakaan sebagai sumber informasi dan pengetahuan.Â
Terlebih lagi, fakta di lapangan kembali berbicara bahwa informasi dan pengetahuan dalam ruang perpustakaan sifatnya juga terbatas.
Adapun sirkulasi koleksi perpustakaan umumnya menunggu dari pusat sehingga pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik pun terbatas.
Adanya kemudahan berdigitalisasi, selain pustaka internet, peserta didik juga dapat mengakses buku-buku terkini yang ia butuhkan dengan mudah lewat aplikasi ipusnas dan aplikasi sejenis lainnya.
Selain daripada sirkulasi koleksi, masalah lain juga berkaitan dengan fasilitas perpustakaan di sekolah masing-masing. Peserta didik juga membutuhkan kenyamanan dalam belajar dan sedikit banyak peserta didik tidak bisa mendapatkannya di perpustakaan mereka.Â
Terkait hal tersebut, maka sebenarnya perlu evaluasi kerja sama dari staf perpustakaan dan pihak sekolah sendiri karena perpustakaan merupakan bagian dari sekolah yang perlu peran nyata.