Disajikan prinsip-prinsip dalam menggunakan metode pembelajaran di sekolah atau madrasah, prinsip-prinsip ini tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan erat satu sama lain. Misalnya, prinsip individualitas hanya mungkin dilaksanakan bila ada prinsip kebebasan, pusat minat dan aktivitas, dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip tersebut sebagaimana dikatakan Drajat (2001:118) adalah sebagai berikut: (1) prinsip individualitas, (2) prinsip kebebasan, (3) lingkungan, (4) globalisasi, (5) pusat-pusat minat, (6) aktivitas, (7) motivasi, (8) korelasi dan konsentrasi.[7]Â
Ragam metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran di sekolah atau madrasah yaitu metode ceramah (merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa)[8], metode diskusi (adalah metode pembelajaran yang menghadapakan siswa pada suatu permasalahan)[9], metode demonstrasi (adalah metode pembelajaran dengan menggunakan peragaan yang berguna untuk memperjelas suatu pengertian atau konsep-konsep, atau utnuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa (Zakiyah Drajat, 2001:296)[10], metode simulasi (adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu)[11], metode proyek (siswa disuguhi dengan berbagai macam masalah dan siswa bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis)[12].Â
Sedangkan dari buku kedua bab ke-7 Al-Qur'an telah banyak memberikan contoh metode-metode yang dapat digunakan dalam mendidik peserta didik. Metode-metode tersebutdapat digunakan dalam situasi-situasi yang relevan. Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang penting adalah asas-asas penggunaan metode tersebut dilaksanakan.
Dalam prosedur pembuatan metode, hal yang harus diperhatikan adalah tujuan pendidikan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi pendidik. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut efektivitas penggunaan metode akan terbukti dan dapat menyampaikan kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[13]Â
 Dalam bagian ketiga di buku pertama menjelaskan tentang pendidikan agama Islam di sekolah. Pendidikan agama Islam harus diberikan sejak dini, dari mulai usia kanak-kanak, remaja bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal dengan istilah pendidikan sepanjang hayat (lifeling education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup manusia hakikatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung.Â
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pendidikan agama Islam mutlak harus diberikan, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan. Pada anak usia dini, Islam harus dijadikan landasan bagi pembelajaran hingga generasi ke depan benar-benar menjadi generasi Islam yang berkualitas.Â
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus terhapuskan kesan ajaran Islam eksklusif, kejam, dan kesan-kesan negatif lainnya, hal tersebut sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang akan menimbulkan berbagai friksi dan aliansi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Seperti sekarang ini muncul berbagai aliran-aliran sesat dan menyesatkan yang menimbulkan friksi, yang mengguncang keutuhan Islam sebagai agama yang sempurna. Berkaitan dengan hal itu peran dan fungsi PAI dalam membangun Sumber Daya Manusia sangatlah penting keberadaannya, karena melalui PAI diharapkan muncul generasi muda Islam yang kaffah.[14]Â
Dijelaskan secara umum metode pembelajaran bahsa arab terbagi menjadi empat, yakni (1) metode qowaidl wa tarjamah (merupakan metode pembelajaran yang paling klasik, oleh karena itu dinamai juga dengan metode taqlidiyah)[15], Â (2) metode langsung (cara menyajikan pelajaran bahasa arab (asing), dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar dan tanpa menggunkan bahasa ibu (bahasa anak didik) sedikitpun)[16], (3) metode dengar ucap (merupakan alternatif dari metode qowaidl wa tarjamah dan metode langsung)[17], (4) metode elektrik (pengajaran bahasa asing dilakukan dengan melalui bermacam-macam kombinasi beberapa metode, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, diterapkan dalam suatu kondisi pengajaran)[18].Â
Dari buku kedua di bab pertama yaitu tentang pendidikan Islam konteks keluarga dan sekolah, proses belajar mengajar adalah aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang matang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah stau faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam sebuah kelas adalah dipahaminya job description guru oleh guru yang bersangkutan.[19]Â
Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal tersebut saling bergantung satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar akan menciptakan situasi yang baik bagi anak dalam belajar. Situasi yang kondusif tersebut merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.Â
Seperti yang kita ketahui, kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, dan lingkungannya. Proses belajar mengajar merupakan sebuah rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yag efektif, yaitu tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang, dan alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokkan siswa dalam belajar.[20]Â