Mohon tunggu...
Riezki sejati
Riezki sejati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kepoin aja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Review Buku "Kurikulum dan Pembelajaran Agama Islam"

3 Juni 2020   22:41 Diperbarui: 3 Juni 2020   22:34 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Review Buku 

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 

Karya: Heri Gunawan

Oleh: Riezki Sejati Ayuningtyas

NIM: 17040642

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

 

PENDAHULUAN 

Sehubungan dengan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, saya kira buku ini sangat cocok untuk dipelajari. Di dalamnya dimuat perihal mendidik siswa, metode-metode, strategi, dan pendekatan dalam belajar serta pembelajaran. Penjelasannya rinci, juga disertakan sumber yang autentik. Namun dari segi kekurangan buku ini agak monoton, covernya juga perlu sedikit perubahan agar lebih menarik.

Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Kurikulum menjadi panduan yang akan memandu dan membawa ke arah mana pendidikan itu dilaksanakan. Bahkan dengan kurikulum pendidikan tidak akan berjalan pada ruang yang hampa, dengannya proses pendidikan akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Maka tidak heran jika sebagian orang mengatakan bahwa kurikulum adalah "Kitab Sucinya" pendidikan.[1] 

 Intinya dari proses pendidikan adalah pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya pembelajaran. Karena itu, antara pendidikan dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan kedua-duanya. Pembelajaran merupakan pelaksanaan dari kurikulum itu sendiri. Kurikulum tidak akan sampai kepada peserta didik tanpa melalui proses pembelajaran. 

Maka denga demikian, kurikulum dan pembelajaran menjadi dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Karena pembelajaran menjadi aktualisasi dari kurikulum yang bersifat konseptual, yang tertulis dalam dokumen.[2] 

Buku ini berjudul Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang ditulis oleh Heri Gunawan, S.Pd.I., M.Ag. Diterbitkan oleh penerbit Alfabeta di kota Bandung, cetakan kedua, bulan Juni 2013. Memiliki i-xviii dan 1-378 halaman, di dalamnya memuat empat bagian, yang terdiri dari 12 bab. 

Bagian pertama mengenai kurikulum, bagian kedua belajar dan pembelajaran, bagian ketiga pendidikan agama Islam di sekolah, dan bagian keempat mengenai proses serta strategi pembelajaran. Pada review ini, saya menyebut buku utama yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai 'buku pertama', dan buku pembanding sebagai 'buku kedua'.

Sekilas tentang penulis, Heri Gunawan adalah pria kelahiran desa Harumandala, kecamatan Cigugur, kabupaten Ciamis, tanggal 5 April 1980. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di kota kelahirannya, mulai dari MIS Pasirjaya Cigugur Ciamis (1993), MTs Sindangwangi Cigugur Ciamis (1996), MAN Pangkalan Langkaplancar Ciamis (1999), selama di bangku Madrasah Aliyah ia mondok di pesantren Al-Hamidiyah Pangkalan Langkaplancar Ciamis (1993-1996). 

Meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam dari Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN dulu IAIN) Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2003. Kemudian meraih gelar Magister bidang Ilmu Pendidikan Islam, dari Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati, tahun 2007.[3] 

PEMBAHASAN ISI BUKU 

 Bagian pertama membahas mengenai kurikulum. Di buku pertama dijelaskan bahwa dalam konteks pendidikan Nasional, kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu. 

Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.[4]

 Sementara dalam buku kedua penulis menjelaskan bahwa kurikulum adalah istilah yang telah diketahui oleh setiap orang, setiap orang pernah mendengar kata itu. Tapi mungkin hanya sedikit saja orang tahu bahwa kurikulum itu sangat penting posisinya dalam pendidikan. Kurikulum ialah program untuk mencapai tujuan. Sebagus apapun rumusan tujuan jika tidak dilengkapi dengan program yang tepat maka tujuan itu tidak akan tercapai. Kurikulum itu laksana jalan yang dilalui dalam menuju tujuan.[5] 

 Bagian kedua dalam buku pertama menjelaskan tentang belajar dan pembelajaran serta metodenya. Metode merupakan cara-cara untuk mencapai tujuan yang ditentukan.[6] 

Disajikan prinsip-prinsip dalam menggunakan metode pembelajaran di sekolah atau madrasah, prinsip-prinsip ini tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan erat satu sama lain. Misalnya, prinsip individualitas hanya mungkin dilaksanakan bila ada prinsip kebebasan, pusat minat dan aktivitas, dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip tersebut sebagaimana dikatakan Drajat (2001:118) adalah sebagai berikut: (1) prinsip individualitas, (2) prinsip kebebasan, (3) lingkungan, (4) globalisasi, (5) pusat-pusat minat, (6) aktivitas, (7) motivasi, (8) korelasi dan konsentrasi.[7] 

Ragam metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran di sekolah atau madrasah yaitu metode ceramah (merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa)[8], metode diskusi (adalah metode pembelajaran yang menghadapakan siswa pada suatu permasalahan)[9], metode demonstrasi (adalah metode pembelajaran dengan menggunakan peragaan yang berguna untuk memperjelas suatu pengertian atau konsep-konsep, atau utnuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada siswa (Zakiyah Drajat, 2001:296)[10], metode simulasi (adalah cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu)[11], metode proyek (siswa disuguhi dengan berbagai macam masalah dan siswa bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis)[12]. 

Sedangkan dari buku kedua bab ke-7 Al-Qur'an telah banyak memberikan contoh metode-metode yang dapat digunakan dalam mendidik peserta didik. Metode-metode tersebutdapat digunakan dalam situasi-situasi yang relevan. Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang penting adalah asas-asas penggunaan metode tersebut dilaksanakan.

Dalam prosedur pembuatan metode, hal yang harus diperhatikan adalah tujuan pendidikan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi pendidik. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut efektivitas penggunaan metode akan terbukti dan dapat menyampaikan kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[13] 

 Dalam bagian ketiga di buku pertama menjelaskan tentang pendidikan agama Islam di sekolah. Pendidikan agama Islam harus diberikan sejak dini, dari mulai usia kanak-kanak, remaja bahkan sampai dewasa. Dalam Islam dikenal dengan istilah pendidikan sepanjang hayat (lifeling education). Artinya selama ia hidup tidak akan lepas dari pendidikan, karena setiap langkah hidup manusia hakikatnya adalah belajar, baik langsung maupun tidak langsung. 

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pendidikan agama Islam mutlak harus diberikan, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan. Pada anak usia dini, Islam harus dijadikan landasan bagi pembelajaran hingga generasi ke depan benar-benar menjadi generasi Islam yang berkualitas. 

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus terhapuskan kesan ajaran Islam eksklusif, kejam, dan kesan-kesan negatif lainnya, hal tersebut sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang akan menimbulkan berbagai friksi dan aliansi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Seperti sekarang ini muncul berbagai aliran-aliran sesat dan menyesatkan yang menimbulkan friksi, yang mengguncang keutuhan Islam sebagai agama yang sempurna. Berkaitan dengan hal itu peran dan fungsi PAI dalam membangun Sumber Daya Manusia sangatlah penting keberadaannya, karena melalui PAI diharapkan muncul generasi muda Islam yang kaffah.[14] 

Dijelaskan secara umum metode pembelajaran bahsa arab terbagi menjadi empat, yakni (1) metode qowaidl wa tarjamah (merupakan metode pembelajaran yang paling klasik, oleh karena itu dinamai juga dengan metode taqlidiyah)[15],  (2) metode langsung (cara menyajikan pelajaran bahasa arab (asing), dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar dan tanpa menggunkan bahasa ibu (bahasa anak didik) sedikitpun)[16], (3) metode dengar ucap (merupakan alternatif dari metode qowaidl wa tarjamah dan metode langsung)[17], (4) metode elektrik (pengajaran bahasa asing dilakukan dengan melalui bermacam-macam kombinasi beberapa metode, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, diterapkan dalam suatu kondisi pengajaran)[18]. 

Dari buku kedua di bab pertama yaitu tentang pendidikan Islam konteks keluarga dan sekolah, proses belajar mengajar adalah aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasikan. Lingkungan diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang matang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah stau faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam sebuah kelas adalah dipahaminya job description guru oleh guru yang bersangkutan.[19] 

Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal tersebut saling bergantung satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar akan menciptakan situasi yang baik bagi anak dalam belajar. Situasi yang kondusif tersebut merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. 

Seperti yang kita ketahui, kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, dan lingkungannya. Proses belajar mengajar merupakan sebuah rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yag efektif, yaitu tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang, dan alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokkan siswa dalam belajar.[20] 

Dalam bagian keempat pada buku pertama dijelaskan proses serta strategi pembelajaran, yang di dalamnya juga membahas tentang pendekatan-pendekatannya, berangkat dari beberapa pengertian dapat ditarik suatu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses ialah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan peserta didik tentang "apa" yang diperolehnya untuk mempelajari materi yang baru dan lebih diorientasikan pada pengembangan kemampuan mereka untuk mengorganisasikan "apa" yang telah diperolehnya dalam belajar untuk menghadapi kegiatan pembelajaran selanjutnya.

 Dengan kata lain pedekatan ini menekankan pada hal ihwal bagaimana bahan itu diajarkan dan dipelajari. Sebagai konsekuensinya peserta didik bersifat aktif dan guru harus mampu membangkitkan motivasi peserta didik agar minat dan perhatiannya terpusat kepada apa yang dipelajari. Berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli terdapat titik persamaan. 

Persamaannya yakni terletak pada penekanan pengembangan mental, fisik dan sosial peserta didik. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam sisi penekanannya yang pertama menekankan pada latihan sedangkan yang kedua cenderung menganggap sebagai pendekatan belajar mengajar. [21] 

Kemudian dari buku kedua dalam bab 16 yaitu implementasi guru kreatif dan berkarakter melalui pendekatan happy learning, pendekatan adalah terjemahan dari bahasa inggris (approach) yang selanjutnya diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandangan. Pendekatan tersebut dapat berupa konsep-konsep keilmuan yang digunakan, atau kategori lainnya. Pendekatan yang didasarkan pada konsep-konsep keilmuan misalnya pendekatan sosiologis, psikologis, dan historis. 

Pendekatan sosiologis adalah melihat sesuatu dari sudut pandang faktor-faktor sosiologis yang memengaruhi seseorang serta hubungan sesuatu dengan kondisi sosial yang terjadi. Dengan pendekatan sosiologis ini, maka segala sesuatu dapat dijelaskan proses terjadinya serta faktor-faktor yang memengaruhinya, sehingga segala sesuatu itu tidak bersifat dogmatis atau terjadi begitu saja. 

Selanjutnya dengan pendekatan psikologis sesuatu dapat diketahui dalam hubungannya dengan gejala kejiwaan yang dimilikinya. Dengan pendekatan psikologis ini, maka segala sesuatu akan dapat disampaikan kepada orang lain dengan mempertimbangkan kondisi psikologis yang dimilikinya, sehingga sesuatu itu menjadi mudah diterima. 

Karena setiap tingakatan usia manusia memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, maka perlu dilakukan cara yang berbda-beda pula antara yang satu dan lainnya. Selanjutnya dengan pendekatan historis, maka segala sesuatu dapat dikembalikan kepada data dan fakta yang mendukung keberadaan sesuatu itu, untuk selanjutnya dikaji latar belakang dan sebab-sebab mengapa segala sesuau itu terjadi.[22] 

 KESIMPULAN 

Pembelajaran merupakan bentuk implementasi dari kurikulum atau dengan kata lain kurikulum diaktualisasikan di kelas dalam bentuk pembelajaran. Maka kedua hal ini menjadi sangat penting dipelajari oleh para calon pendidik atau guru di Lembaga Pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya program studi Perguruan Guru Madrasah Ibtidaiyah akan menyiapkan untuk lebih mengerti dan memahami konsep kurikulum dan pembelajaran secara komprehensif, sehingga akan menjadi bekal dalam menjalankan profesinya sebagai guru atau pendidik di satuan pendidik. 

Oleh karena itu, kehadiran buku "Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam", yang ditulis oleh Heri Gunawan ini secara akademik sangat penting dalam kerangka penyediaan buku bahan ajar, sehingga dapat membantu para mahasiswa calon guru yang kuliah di program studi pendidikan untuk mengembangkan disiplin keilmuan yang sedang digelutinya dengan memiliki disiplin, tanggung jawab dan moral akademik yang tinggi. 

Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat, baik bagi para mahasiswa maupun para pembaca budiman pada umumnya. Juga dapat menumbuhkan metode-metode menarik dan mengembangkan kreatifitas para calon pendidik yang membaca buku "Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam" dalam menyampaikan pengajaran ketika telah menjadi guru nantinya. Dengan metode-metode baru tersebut, tentunya para siswa maupun siswi lebih giat untuk belajar dan mendalami ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun