Aku selalu pulang tepat jam lima sore. Aku berjalan lima blok untuk sampai di apartemenku. Aku selalu melalui jalanan yang sama setiap harinya. Aku melewati beberapa pertokoan lucu dan salah satu kafe di persimpangan jalan. Suatu hari, aku melihat seorang dua orang yang sedang bercengkarama menanti senja. Mereka duduk di pojokan sembari melihat orang-orang disekitarnya lewat. Mereka menikmati sore hari dengan sepotong kue dan secangkir minuman. Mereka tertawa bersama dan sang wanita sangatlah anggun membalas guyonan dari sang pria. Aku pun tak sadar duduk di sebrang melihat mereka bersama. Lalu, aku pulang setelah lima belas menit hanya memperhatikan mereka berdua.
Keesokan harinya, aku melihat mereka kembali di perjalanan pulang ku. Kali ini aku melihat mereka memotong sebuah kue ulang tahun besar layaknya seorang pengantin. Orang-orang disekitar meja itu, turut menyanyikan sebuah lagu pernikahan. Momen yang sangat langka kulihat dimana mereka yang sudah tak muda lagi bisa merayakan momen manis nan bahagia yang hanya bisa dirasakan oleh segelintir orang saja. Aku pun menikmati momen itu dan kembali duduk di kursi sebrang itu.
Aku hanya bahagia melihatnya, kuingin menyapa mereka tapi waktu sudah larut dan aku harus kembali pulang.
Berhari-hari kulihat mereka di kafe itu dengan keasikan mereka bersama. Sesekali sang pria merangkul wanita itu dan mencium dahinya. Sungguh pemandangan romantis yang tak bisa kulupakan. Andai saja aku bisa seperti mereka. Sampai tua saling mencinta. Dalam pikiranku selalu terngiang mereka, aku hanya ingin segera pukul lima. Agar ku bisa lihat mereka saling bercanda berbagi cerita.
Tapi, sore ini, Â aku tak biasanya melihat nya duduk sendirian memakan sepotong kue. Aku bertanya tanya kemana wanita cantik yang selalu ada disampingnya. Ohh mungkin ia sedang ke toilet. Aku akan menunggunya disini karena aku tak ingin kehilangan momen bahagia mereka seperti biasa. Sudah lima belas menit waktu berlalu namun wanita itu tak kunjung datang.
Dan pria itu hampir menghabiskan kue yang dipesannya. Sebelum ia meninggalkan tempat itu, aku harus segera bertanya padanya.
"Hei,bolehkah aku bergabung" tanyaku padanya.
"Ya silahkan, sedang berjalan-jalan di sekitar sini?" jawabnya
"Tidak, aku bekerja dekat sini. Setiap hari aku selalu melewati tempat ini, dan kulihat kau selalu bersama seorang wanita" sahutku.
"Ya dia istriku wanita cantik dan luar biasa" jawabnya
"Kemana dia" tanyaku dengan heran
"Dia sudah di surga" dia menjawab sambil memandangi foto istrinya.
"Apa? Kau bercanda?apa yang terjadi kemarin kulihat ia baik baik saja, ia tidur di bahumu dengan tenang" jawabku tak percaya
Lalu ia pun mulai bercerita.
"Ya aku tak menduga ia pergi secepat ini. Tapi aku bersyukur telah bersamanya dihari-hari terakhirnya dan mengenang kisah-kisah kami berdua seperti kue yang kumakan kali ini.
Kue ini sebenanrnya, kue yang sangat ingin aku makan bersamanya karena kue ini memberikan kenangan yang sangat berati untuk kami. Aku sengaja menunda-nunda untuk memakan kue ini bersamanya."
"Jadi kue yang kau makan setiap hari memiliki arti kenangan yang indah untuk kalian berdua?" sahutku.
"Ya, temanku george sorang koki disini membantuku mewujudkan keinginanku untuk memberikan istriku kenangan di sisa akhir hidupnya." Jawabnya" suatu hari, itu kami mengobrol di rumah sakit."
"Kau terlihat murung, ada apa?' tanya George pada pria itu.
"Aku baru mendapatkan kabar buruk hari ini" jawabnya
"Apa yang terjadi" tanya george padanya.
"Istriku terkena leukimia dan dokter memvonis istriku jika hidupnya tak bertahan lama lagi." Sahut pria itu.
"Tapi masih ada harapan jika istrimu berobat teratur" sahut George.
"Istriku tak mau. Ia tak ingin merepotkanku karena aku hanyalah seorang pensiunan. Salah satu permintaannya adalah ia hanya ingin bersama dnganku disetiap harinya. Aku bisa melakukan itu, tapi rasanya hanya menunggu waktu tanpa memberinya sebuah kenangan manis hanya membuatku seperti seseorang yang bodoh" Â sahut pria itu pada george dengan murung.
"Aku tak bisa mengajaknya liburan karena uang simpananku sudah menipis karena biaya pengobatan kemarin. Tapi setidaknya mungkin aku bisa sesekali mengajaknya makan diluar dan menikmati waktu kami sambil melihat kebahagiaan orang-orang disekitar kami." Kata pria itu.
"Hmm...aku ada ide,,bagaimana jika kau datang kemari bersama istrimu setiap hari. Akan kubuatkan satu slice kue setiap harinya sesuai dengan permintaanmu. Kau hanya tinggal mencari kenangan apa yang akan kau buat bersama istrimu dan aku akan membuatkan kue itu sesuai tema harimu dan aku akan siapkan tempat disudut ini setiap harinya sehingga kau dan istrimu akan bisa melihat orang-orang yang bahagia disekitar menara Eiffel ini." Tukas george yang berusaha menolongnya.
"Ya,itu adalah ide yang sangat brilian. Tapi aku tak bisa banyak membayamu." Sahut pria itu.
"Kau tak perlu membayarku. Kita ini sudah seperti keluarga , istrimu adalah pelanggan paling setia di kafe ini. Baik kita mulai besok sore tepat pukul lima. Aku akan mengosongkan meja ini hanya untuk kalian." Jawab George
"Terima kasih semoga tuhan membalas kebaikanmu" jawab pria itu dengan perasaan bersyukur.
"Lalu aku akan memesan kue disetiap harinya sesuai dengan kenangan apa yang akan ku kenang kembali bersama istriku' sahut pria itu padaku.
"Seperti di hari ke tiga saat aku memakan kue coklat bersamanya. Aku sengaja memesannya untuk mengenang saat aku dan istriku divonis tak bisa punya anak.ketika istriku menangis tersedu-sedu di lobi rumah sakit, seorang anak datang pada kami dengan mebawa kue coklat. Ia memberikan kue yang hanya dimilikinya saat itu dan mengusap kepala istriku dengan tangan kecilnya. Ia lalu tersenyum dan memberikan coklat itu pada istriku dan berkata " jangan menangis lagi bu, makanlah kue ini, agar kau tak bersedih lagi. Kue coklat selalu memberiku kebahagiaan ketika ku harus harus melakukan kemoterapi. "Berbahagialah karena kau masih memiliki orang yang mencintaimu" sahut anak itu.
"Saat itu pun istriku memakan kue itu kemudian  ia berhenti menangis dan memelukku." Sahut George yang tertunduk lesu.
"Sudah berapa lama kau menikah dengannya" tanyaku.
"Sudah 35 tahun kami bersama." jawabnya.
"Dua hari sebelum kepergian istriku, kami memakan kue pernikahan." Tukasnya.
"Ya aku lihat. Kalian memotong kue itu bersama seperti layaknya sepasang pengantin" jawabku dengan kagum.
Ia pun kembali bercerita.
"Ya , George dengan senang hati membuatkan kue itu untuk kami bahkan ia tak meminta bayaran untuk kue secantik itu. Kau tahu, saat kami memakan kue itu, kami mengingat saat kami menikah. Wajah cantiknya dengan baju pengantinnya tak bisa kulupakan. Itu adalah momen bahagia kami ketika kami sudah sah menjadi sepasang suami istri dan mengikat janji sehidup semati. Ia menerimaku dengan segala keadaanku begitupun sebaliknya, dia adalah wanita terbaik yang telah mengisi hidupku, menjadi pelengkap diriku, menjadi sahabatku sekaligus menjadi mentorku dalam menjalani kehidupan yang sulit ini.
Kau beruntung bisa memiliki pendamping hidup yang dengan tulus mencintaimu. Aku sangat iri padamu. Kau tahu, hal lucu yang mebuat kami tertaawa terbahak bahak hingga orang disekitar kami turt menertawakan kami. "
"Ya aku lihat dan aku pun ikut tertawa saat itu. Melihat kalian tertawa begitu asik membuatku tak bisa  pergi dari tempat dudukku yang lansgung bersebrangan dengan tempat ini. Kalu lihat, kursi itu, itu adalah kursi yang selalu kududki tepat jam 5.15 sore saat kalian sedang asik menghabiskan waktu kalian bersama. Aku adalah penonton setia kebersamaanmu dengan istrimu. Sebenarnya apa yang membuatmu tertawa sebegitu asiknya saat itu? Tanyaku padanya.
"Saat itu aku meminta George untuk membuatkan sepotong kue ulang tahun dengan hiasan berbentuk kelinci putih diatasnya. Saat itu, aku mengajak istriku ke taman hiburan. Aku yang masih menjadi mahasiswa kala itu, dengan PD nya mengajaknya kencan di tempat itu. Kami membeli tiket terusan untuk naik semua wahana di tempat itu. Kami naik roller coster hingga kami mnjerit dan suara kami parau. Aku yang belum makan dari pagi tadi karena sengaja berhemat untuk bisa mengajaknya berkencan, sangat kelaparan  hingga perutku berbunyi sangat keras. Istriku menertawakanku lalu mengajakku ke sebuah kaf di taman bermain itu. Aku yang tak punya uang dan hanya cukup untuk membayarkan bis untuk pulang mencoba menariknya agar tak datang ke kafe itu. Tapi ia menarikku cukup keras hingga aku hampir terjatuh. Ia tertawa terbahak-bahak melihat kelakuanku. Ketika kami makan direstoran itu, aku sengaja izin untuk ke toilet lalu aku dengan gagahnya menuju manajer restaoran. Aku membujuknya bahwa aku akan melakukan apapun yang dimintanya asal kami bisa makan dengan gratis.Ia sangat marah dan hampir mengusir kami, ia mengatakan bahwa mengapa kami makan ditempat seperti ini jika aku tak sanggup untuk membayar ini semua, lalu aku berlutut dan memohon padanya. Melihat kegigihanku ia lalu memberiku sebuah kostum kelinci manis untuk aku pakai menghibur tamu disana. Suaraku yang parau menjadi kelucuan tersendiri saat aku berkomunikasi dengan boneka ini. Ketika musik dimulai, aku langsung berjoget dengan lincah, istriku yang tak tahu bahwa itu aku, memfoto ku dengan kamera kecilnya. Aku lalu mendekatinya dan mengajaknya berjoget. Lalu kami berdansa dan berjoget dengan asiknya. Ia kaget bukan main ketika mengetahui bahwa kelinci manis itu adalah aku. Tapi ia lalu kebelakang dan kembali dengan kostum kelinci jantan. Aku tertawa bukan main karena ia berakting sangat lucu dengan kostum itu layaknya bugs bunny dalam Looney Toones. Kami berjoet hingga enam lagu usai. Sang manager sangat menyukai kami dan ia menepati janjinya untuk membiarkan kami makan gratis saat itu." Sahutnya seraya sesekali tertawa.
"Aku kagum pada istrimu, ia tak malu untuk melakukan hal gila denganmu. " jawabku
"Ya itulah mengapa, aku sangat mencitainya.Aku sangat ingin menangis, ketika kami makan kue di hari kelima, saat itu , itu adalah kue favoritnya, sepotong cheese cake vanilla yang lembut. Kami hanya mengobrol tanpa memikirkan masa lalu kami. Kami hanya mengungkapkan harapan kami masing-masing. Ia menginginkan agar kami masih bisa bersama untuk lima,sepuluh ataupun dua puluh tahun kedepan. Ia tak ingin apapun, kekayaan, harta, popularitas itu semu ia bilang. "Lalu istriku berkata bahwa dia sudah merasa cukup dengan penghasilanku. ia bahagia hanya dengan menyiapkan sarapan ataupun hanya duduk disebelahku sambil menemaniku membaca koran. Lalu kemudian ia berkata bahwa seandainya, waktu nya berakhir, dia hanya ingin aku tahu bahwa dia sangat mencintaiku dan akan selalu mencintaiku hingga saat kami bertemu lagi di surga.". "Saat itu ia tertidur di pundakku.Itulah percakapan terakhir kami karena setelah itu ia sudah tertidur lelap dan tak pernah bangun lagi." sahutnya menceritakan padaku dengan suara bergetar.
Lalu ia memberikan cerita akhirnya padaku,
"Aku masih bisa merasakan kehadirannya, lewat foto yang kami ambil di hari ke 4 kami disini. Kami berfoto bersama setelah ia menaruh krim kue itu pada hidungku. Aku pun melakukan hal yang sama dengan meletakkan krim pada dahinya. Keceriaannya saat itu mengHilangkan semua kesedihanku dan membuatnya lupa seketika akan penyakitnya.
Aku hanya bersyukur bisa menghabiskan waktuku bersamanya, aku harap kaupun mendapatkan pria yang akan mencintaimu dengan tulus. Terima kasih, kau mau mendengarkan cerita kakek tua renta ini. Cepatlah pulang karena ini sudah larut malam."
Lalu aku pun pulang dan mengucap salam perpisahan. Aku selalu melihatnya setiap hari, melihatnya menua, hingga akhirnya aku tak pernah melihatnya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H