"Tapi masih ada harapan jika istrimu berobat teratur" sahut George.
"Istriku tak mau. Ia tak ingin merepotkanku karena aku hanyalah seorang pensiunan. Salah satu permintaannya adalah ia hanya ingin bersama dnganku disetiap harinya. Aku bisa melakukan itu, tapi rasanya hanya menunggu waktu tanpa memberinya sebuah kenangan manis hanya membuatku seperti seseorang yang bodoh" Â sahut pria itu pada george dengan murung.
"Aku tak bisa mengajaknya liburan karena uang simpananku sudah menipis karena biaya pengobatan kemarin. Tapi setidaknya mungkin aku bisa sesekali mengajaknya makan diluar dan menikmati waktu kami sambil melihat kebahagiaan orang-orang disekitar kami." Kata pria itu.
"Hmm...aku ada ide,,bagaimana jika kau datang kemari bersama istrimu setiap hari. Akan kubuatkan satu slice kue setiap harinya sesuai dengan permintaanmu. Kau hanya tinggal mencari kenangan apa yang akan kau buat bersama istrimu dan aku akan membuatkan kue itu sesuai tema harimu dan aku akan siapkan tempat disudut ini setiap harinya sehingga kau dan istrimu akan bisa melihat orang-orang yang bahagia disekitar menara Eiffel ini." Tukas george yang berusaha menolongnya.
"Ya,itu adalah ide yang sangat brilian. Tapi aku tak bisa banyak membayamu." Sahut pria itu.
"Kau tak perlu membayarku. Kita ini sudah seperti keluarga , istrimu adalah pelanggan paling setia di kafe ini. Baik kita mulai besok sore tepat pukul lima. Aku akan mengosongkan meja ini hanya untuk kalian." Jawab George
"Terima kasih semoga tuhan membalas kebaikanmu" jawab pria itu dengan perasaan bersyukur.
"Lalu aku akan memesan kue disetiap harinya sesuai dengan kenangan apa yang akan ku kenang kembali bersama istriku' sahut pria itu padaku.
"Seperti di hari ke tiga saat aku memakan kue coklat bersamanya. Aku sengaja memesannya untuk mengenang saat aku dan istriku divonis tak bisa punya anak.ketika istriku menangis tersedu-sedu di lobi rumah sakit, seorang anak datang pada kami dengan mebawa kue coklat. Ia memberikan kue yang hanya dimilikinya saat itu dan mengusap kepala istriku dengan tangan kecilnya. Ia lalu tersenyum dan memberikan coklat itu pada istriku dan berkata " jangan menangis lagi bu, makanlah kue ini, agar kau tak bersedih lagi. Kue coklat selalu memberiku kebahagiaan ketika ku harus harus melakukan kemoterapi. "Berbahagialah karena kau masih memiliki orang yang mencintaimu" sahut anak itu.
"Saat itu pun istriku memakan kue itu kemudian  ia berhenti menangis dan memelukku." Sahut George yang tertunduk lesu.
"Sudah berapa lama kau menikah dengannya" tanyaku.