Dengan mengikuti langkah-langkah ini, auditor dapat memastikan bahwa perubahan yang dilakukan benar-benar efektif dan menyelesaikan masalah yang ada, bukan hanya mengatasi gejala permukaan.
Â
 Studi Kasus: Penerapan Dialektika Hegelian dalam Audit Perpajakan
Mari kita lihat studi kasus penerapan dialektika Hegelian dalam audit perpajakan. Misalnya, sebuah negara memiliki kebijakan pengembalian pajak bagi wajib pajak yang berpenghasilan rendah. Kebijakan ini (tesis) bertujuan untuk memberikan bantuan finansial kepada masyarakat yang membutuhkan. Namun, audit terbaru menemukan bahwa banyak klaim pengembalian pajak yang diajukan ternyata tidak sah, menunjukkan adanya penyalahgunaan sistem (antitesis).
Dalam menganalisis masalah ini, auditor menemukan bahwa sistem verifikasi klaim pengembalian pajak kurang ketat dan banyak wajib pajak tidak memahami prosedur yang benar. Solusi yang diusulkan (sintesis) adalah memperbaiki sistem verifikasi dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih, seperti data analytics untuk mendeteksi klaim yang mencurigakan, dan meningkatkan edukasi kepada wajib pajak tentang prosedur yang benar.
Â
Setelah solusi ini diimplementasikan, auditor melakukan evaluasi dan menemukan bahwa jumlah klaim pengembalian pajak yang tidak sah berkurang secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa pendekatan dialektika Hegelian berhasil dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan efektivitas kebijakan perpajakan.
 Pendekatan dialektika Hegelian menawarkan kerangka kerja yang komprehensif dan kritis untuk memahami dan memperbaiki kebijakan serta praktik auditing perpajakan. Dengan menganalisis kontradiksi dan mencari resolusi yang mendalam, auditor dapat membantu menciptakan sistem perpajakan yang lebih adil, transparan, dan efektif. Pendekatan ini tidak hanya mengatasi gejala permukaan tetapi juga mencari solusi yang menyeluruh dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan membawa manfaat bagi seluruh masyarakat.
Penerapan dalam Auditing Perpajakan
      Proses dialektika ini dapat diterapkan dalam berbagai aspek auditing perpajakan. Misalnya, pada awalnya, sebuah kebijakan pengembalian pajak mungkin dirancang untuk mendorong investasi atau konsumsi. Ini adalah tesisnya. Namun, auditor kemudian menemukan bahwa ada banyak klaim pengembalian pajak yang tidak sah, yang merupakan antitesis. Hal ini menyoroti bahwa kebijakan tersebut disalahgunakan oleh beberapa pihak untuk mendapatkan keuntungan yang tidak seharusnya.
Â