Mohon tunggu...
Riendita R P
Riendita R P Mohon Tunggu... Lainnya - Kampus UMB Dosen Pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Mahasiswa S2 Akuntansi Mercu Buana NIM 55522110024

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Model Dialektika Hegelian dan Hanacaraka pada Auditing Pajak

14 Juni 2024   15:45 Diperbarui: 14 Juni 2024   15:49 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kebijaksanaan, misalnya, berarti auditor harus menggunakan pertimbangan yang matang dalam mengevaluasi setiap temuan. Mereka harus mampu membedakan antara kesalahan yang disengaja dan yang tidak disengaja, serta memahami konteks yang lebih luas dari setiap masalah yang ditemukan. Ini membantu memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan tidak hanya tepat secara teknis, tetapi juga adil dan masuk akal.

 

Kejujuran adalah nilai inti yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Ini berarti auditor harus melaporkan temuan mereka secara akurat dan tidak membiarkan diri mereka dipengaruhi oleh tekanan eksternal. Kejujuran ini juga berarti bahwa auditor harus siap untuk mengakui jika mereka membuat kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya.

  

Tanggung jawab sosial menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak dari temuan audit terhadap masyarakat. Ini berarti bahwa auditor harus menyadari bahwa kebijakan perpajakan dan rekomendasi audit dapat mempengaruhi kehidupan banyak orang, terutama kelompok yang rentan. Oleh karena itu, auditor harus berusaha untuk memastikan bahwa rekomendasi mereka tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kepatuhan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Contoh Kasus

 Untuk mengilustrasikan bagaimana model ini bekerja dalam praktik, kita bisa melihat contoh kebijakan pengembalian pajak. Misalkan ada kebijakan yang dirancang untuk mengembalikan pajak kepada wajib pajak yang memenuhi syarat tertentu. Kebijakan ini adalah tesis. Namun, audit menemukan banyak klaim pengembalian pajak yang tidak sah, menunjukkan adanya ketidakpatuhan dan penyalahgunaan sistem. Ini adalah antitesis. Melalui analisis mendalam, auditor mengidentifikasi kelemahan dalam prosedur pengajuan pengembalian pajak dan memberikan rekomendasi untuk memperbaikinya, seperti pengetatan prosedur dan pengenalan sistem verifikasi yang lebih canggih. Ini adalah sintesis, di mana kebijakan diperbaiki untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

 

Hanacaraka dalam Auditing Perpajakan

 Hanacaraka adalah aksara tradisional Jawa yang memiliki nilai budaya dan filosofi yang mendalam. Meskipun pada pandangan pertama, Hanacaraka mungkin tidak langsung terkait dengan auditing perpajakan, nilai-nilai yang terkandung dalam budaya dan filosofi Jawa dapat memberikan perspektif yang berguna dalam pelaksanaan audit perpajakan. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, kebenaran, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dapat diterapkan dalam proses audit untuk meningkatkan integritas dan efektivitasnya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun