Mohon tunggu...
Rajasa
Rajasa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - freelance

write

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 15_Diskursus Kritik Teknologi dan Digitalisasi Manusia Teori Herbert Marcuse

18 Desember 2023   15:05 Diperbarui: 7 Februari 2024   12:27 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskursus kritik teknologi Marcuse memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dan mengurangi kebebasan individu dan masyarakat. Pemikirannya mengajak kita untuk berpikir kritis tentang dampak teknologi terhadap kehidupan manusia dan mempertimbangkan cara untuk memanfaatkannya tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

Herbert Marcuse dengan tegas mengkritik dan mengatakan bahwa masyarakat modern

adalah masyarakat yang tidak sehat karena di dalamnya hanya tumbuh satu dimensi saja atau disebutnya one dimensional man/society. Kondisi tersebut    tercipta karena adanya satu sistem totaliter yang telah mematikan sikap kritis dari individu atau masyarakat. Sistem status quo tersebut berkuasa dalam tiga bentuk yang sangat kuat yaitu: Politik, Ekonomi, dan Teknologi (ilmu pengetahuan) dengan bantuan rasio teknologis. Sistem tersebut menciptakan satu bentuk

toleransi yang seolah-olah menyajikan kebebasan seluas-luasnya padahal dibaliknya terselubung satu bentuk penindasan baru. Marcuse menyebut kondisi tersebut sebagai repressive tolerance. Untuk mengatasi kondisi tersebut, Marcuse mengatakan perlu adanya kesadaran dari kelompok masyarakat untuk melakukan the great refusal dan juga revolusi. Dan potensi perubahan itu berada di tangan golongan yang terpinggirkan dan juga para intelektual atau mahasiswa, bukan lagi di tangan para buruh karena mereka sudah kehilangan semangat revolusioner  mereka dan ikut dalam melanggengkan sistem totaliter tersebut.

Berdasarkan pemikirian Herbert Marcuse yang tertuang :

One Dimensional Man merupakan istilah Herbert Marcuse dalam menggambarkan kondisi masyarakat modern (Advanced Industrial Society).Dengan istilah tersebut, Marcuse mengkritik masyarakat modern dan menyebutnya sebagai masyarakat yang tidak sehat dan berdimensi satu. Dimensi-dimensi lain dan sikap kritis dari manusia dan masyarakat menjadi hilang karena adanya satu penindasan yang tersistem dan dilanggengkan oleh masyarakat itu

sendiri.

Sistem tersebut berkuasa dalam tiga bentuk yang sangat kuat yaitu: teknologi (ilmu pengetahuan), ekonomi, dan politik dengan dukungan rationalitas teknologi

Dalam bidang ekonomi, sistem totaliter dengan paham kapitalisnya telah menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu (false need) yang mau tidak mau dan sadar atau tidak sadar terus dinikmati masyarakat yang menyatu dalam system produksi dan konsumsi. Di bidang politik, masyarakat berdimensi terlihat dengan hilangnya oposisi dalam pemerintahan sehingga tercipta suatu system pemerintahan totaliter. Sistem pemerintahan tersebut melanggengkan kekuasaan dengan menciptakan imperium bahasa dan isu common enemy yang berhasil menyatukan masyarakat dalam satu sistem pendukung pemerintahan. Di bidang seni budaya, masyarakat satu dimensi terlihat dari hilangnya fungsi kritis dari seni dan budaya masyarakat, di mana seni dan budaya masyarakat hanya mementingkan aspek nilai jual dari karya seni bukan muatan estetis dari karya tersebut. Sistem status quo terus berlanjut dengan menggunakan budaya, media massa, iklan, manajemen industri sebagai sarana untuk membombardir kesadaran manusia dan mengikis potensi perlawanan, kritik, negativitas, dan oposisi dalam masyarakat hingga menghasilkan masyarakat berdimensi satu (one dimensional

man) dalam pemikiran (one dimensional thought) dan perilaku (one dimensional behavior).

Kondisi masyarakat yang tidak ideal menurut Marcuse tersebut, hanya dapat dirubah melalui revolusi. Untuk melakukan perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan oleh sistem totaliter maka diperlukan langkah yang disebut the great refusal. Kesadaran revolusi itu sudah tidak bisa diharapkan lagi dari kalangan buruh (pekerja) karena pada kenyataannya mereka telah beraliansi dengan para borjuis. potensi revolusi itu berada di tangan para kelompok sosial yang disebutnya the outsiders dan the exploited yaitu orang-orang atau kelompok ras berwarna atau kulit hitam, masyarakay yang belum memiliki pekerjaan dan orang-orang yang tidak memiliki keahlian, masyarakat minoritas dalam negara, dan masyarakat miskin kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun