Mohon tunggu...
RIDWAN ZAMRONI
RIDWAN ZAMRONI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Manusia yang bercita-cita hidup tenang dan apa adanya. Menyukai proses berpikir meski hasilnya tak seberapa. Doyan bola dan olahraga lainnya sedikit-sedikit.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Representasi Waktu dalam Lukisan "The Persistence of Memory" Karya Salvador Dali

2 Juni 2023   23:15 Diperbarui: 2 Juni 2023   23:28 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Imaji yang tawarkan Salvador Dali juga berhasil membuat saya masuk ke dalam perbandingan dua dunia dengan latar tempat yang sama. Terdapat dua buah meja dengan tampilan berbeda satu sama lain, meja yang terawat dan meja yang ditumbuhi oleh pohon. Hal tersebut merepresentasikan bentuk usaha 'bertahan hidup' di suatu gurun pasir. Kita sama-sama menyadari bahwa gurun pasir merupakan tempat yang sulit ditinggali. Katakanlah kita menyebutnya dengan kondisi objektif yang sulit, namun lihatlah bagaimana meja kerja mengkilap itu. Sangat terawat, rapi, dan begitu apiknya.  Menunjukkan terdapat intensitas kerja secara berkala di dalamnya.

Sebagai studi perbandingan, mari kita lihat meja yang ditumbuhi oleh pohon dan digelayuti mesra oleh jam dinding yang terbengkalai. Hemat saya, semua orang bisa saja memiliki meja kerja dan jam dinding, namun untuk betul-betul menggunakan atau tidak kedua buah benda tersebut merupakan sebuah pilihan. 

Bergerak memperbaiki dan membenahi atau membiarkannya terbengkalai hingga kerusakan menggerogoti. Seperti halnya sampai sebuah pohon tumbuh di atas meja kayu tua lapuk, meyakinkan kepada saya bahwa waktu bisa memberikan mantra terbaiknya untuk membuat sesuatu menjadi busuk, sesuatu yang tak kunjung tersentuh oleh potensi. Saya kira kita kerap mengenalnya dalam kehidupan dengan teori 'seiring berjalannya waktu'.

Sampai akhir tulisan ini dibuat, The Persistence of Memory berhasil menumbuhkan beragam macam memori di dalam kepala saya, termasuk beberapa memori yang sudah saya pastikan tidak akan muncul lagi. Selain tentang waktu dan kesia-siaan, ada pula alternatif waktu yang ditawarkan melalui mimpi. 

Gambaran anjing laut yang tertidur pulas dengan berselimut jam dinding yang terbengkalai, jelas memberikan bentuk kepasrahan tersendiri kepada saya. Seolah anjing laut tersebut bukan hanya tertidur untuk menjemput bunga tidur, melainkan untuk menunggu kematiannya sendiri juga. Representasi waktu dalam lukisan ini kembali meneguhkan saya bahwa satu-satunya jalan pintas yang dapat ditempuh setelah dibumihanguskan oleh waktu adalah berserah diri.

Penulis: Rifki Zaenal Muttaqin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun