Sub judul di atas pasti akan mudah dipahami oleh seorang kepala daerah, karena di era demokrasi seperti sekarang ini untuk menjadi seorang kepala daerah pasti butuh partai pengusung, tim sukses dan relawan. Bukanlah hal yang aneh ketika seseorang telah menjadi kepala daerah maka harus siap-siap memberikan “kue” kepada partai pengusung, tim suksesnya dan relawannya. “kue” tersebut bisa berupa jabatan di pemerintahan, komisaris di BUMD, memberikan proyek atau mempermudah perizinan. Jika kepala daerah lupa memberikan “kue” tersebut, maka bersiaplah jika para pendukungnya tersebut akan berubah menjadiserigala yang akan menerkam kepala daerah tersebut. Oleh karena itu seorang kepala daerah jangan sampai lupa memberi makan serigala agar posisinya tetap aman. Secara logika hal seperti ini tidak hanya terjadi di level kepala daerah,pasti hal inipun terjadi dilevel Presiden. Di level ini serigalanya jauh lebih banyak dan jauh lebih kuat, bahkan pihak asing pun pasti jadi serigala yang harus diberi makan.
Berdasarkan cerita di atas bisa jadi apa yang saya tuliskan ini, walaupun logis tapi sulit untuk dilaksanakan, karena jika dilaksanakan akan ada serigala yang terganggu karena makanannya diambil dan hal ini akan sangat membahayakan bagi yang sedang berkuasa. Oleh karena itu revolusi fisik yang terjadi lebih baik dilakukan oleh masing-masing anggota masyarakat sesuai dengan kapasitas masing-masing tanpa menunggu aba-aba dari pemerintah. Jika revolusi fisik ini dilakukan secara masif oleh seluruh rakyat Indonesia akan membuat keadaan indonesia berubah menjadi lebih baik.
Belajar dari Ilustrasi serigala dalam dunia demokrasi kita saat ini, maka patut kita sadari sesungguhnya demokrasi yang terjadi sekarang di Indonesia tidak sesuai dengan Indonesia. Jika kita tetap mempertahankan demokrasi seperti ini, bukan saya mendahului takdir, menurut saya umur Republik Indonesia tidak akan mencapai 1 abad. Sebaiknya kita kembali pada demokrasi pancasila, yang petunjuknya ada pada sila ke-4 dari Pancasila. Supaya kita bisa kembali pada demokrasi pancasila, maka kita perlu Singa yang mampu memakan srigala-srigala yang ada terlebih dahulu. Singa yang saya maksudkan di sini adalah TNI. Jika TNI tidak mau melakukan hal itu maka solusinya ada pada tulisan saya berikutnya.
Brebes, Jawa Tengah, 24 September 2015
Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra
Penulis adalah Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan pelatih Olimpiade Matematika Internasional.
http://www.kpmseikhlasnya.com/home
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H