Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Mental Tidak Akan Tuntas Jika Tidak Ada Revolusi Cinta Indonesia

4 Juni 2016   16:37 Diperbarui: 4 Juni 2016   16:44 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sub judul di atas pasti akan mudah dipahami oleh seorang kepala daerah, karena di era demokrasi seperti sekarang ini untuk menjadi seorang kepala daerah pasti butuh partai pengusung, tim sukses dan relawan. Bukanlah hal yang aneh ketika seseorang telah menjadi kepala daerah maka harus siap-siap memberikan “kue” kepada partai pengusung, tim suksesnya dan relawannya. “kue” tersebut bisa berupa jabatan di pemerintahan, komisaris di BUMD, memberikan proyek atau mempermudah perizinan. Jika kepala daerah lupa memberikan “kue” tersebut, maka bersiaplah jika para pendukungnya  tersebut akan berubah menjadiserigala yang akan menerkam kepala daerah tersebut. Oleh karena itu seorang kepala daerah jangan sampai lupa memberi makan serigala agar posisinya tetap aman. Secara logika hal seperti ini tidak hanya terjadi di level kepala daerah,pasti hal inipun terjadi dilevel Presiden. Di level ini serigalanya jauh lebih banyak dan jauh lebih kuat, bahkan pihak asing pun pasti jadi serigala yang harus diberi makan. 

Berdasarkan cerita di atas bisa jadi apa yang saya tuliskan ini, walaupun logis tapi sulit untuk dilaksanakan, karena jika dilaksanakan akan ada serigala yang terganggu karena makanannya diambil dan hal ini akan sangat membahayakan bagi yang sedang berkuasa. Oleh karena itu revolusi fisik yang terjadi lebih baik dilakukan oleh masing-masing anggota masyarakat sesuai dengan kapasitas masing-masing tanpa menunggu aba-aba dari pemerintah. Jika revolusi fisik ini dilakukan secara masif oleh seluruh rakyat Indonesia akan membuat keadaan indonesia berubah menjadi lebih baik.

Belajar dari Ilustrasi serigala dalam dunia demokrasi kita saat ini, maka patut kita sadari sesungguhnya demokrasi yang terjadi sekarang di Indonesia tidak sesuai dengan Indonesia. Jika kita tetap mempertahankan demokrasi seperti ini, bukan saya mendahului takdir,  menurut saya umur Republik Indonesia tidak akan mencapai 1 abad. Sebaiknya kita kembali pada demokrasi pancasila,  yang petunjuknya ada pada sila ke-4 dari Pancasila. Supaya kita bisa kembali pada demokrasi pancasila, maka kita perlu Singa yang mampu memakan srigala-srigala yang ada terlebih dahulu. Singa yang saya maksudkan di sini adalah TNI. Jika TNI tidak mau melakukan hal itu maka solusinya ada pada tulisan saya berikutnya.

Brebes, Jawa Tengah, 24 September 2015

Oleh : Raden Ridwan Hasan Saputra

Penulis adalah Pendiri dan Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan pelatih Olimpiade Matematika Internasional.

http://www.kpmseikhlasnya.com/home

http://www.ridwanhs.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun