Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Merencanakan Kesusahan Untuk Membuat Kehidupan Menjadi Lebih Baik

19 Februari 2016   09:32 Diperbarui: 19 Februari 2016   09:55 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sekitar tahun 2012, saya membuat persyaratan yang tidak lazim ketika ada lembaga yang mengundang saya untuk melaksanakan Pelatihan Matematika. Persyaratan tersebut adalah jika pada pelatihan tersebut saya harus menginap, maka saya tidak mau diinapkan di hotel, tetapi saya minta diinapkan di rumah orang miskin.

Persyaratan ini adalah semacam pembuktian teori yang saya buat tentangMerencanakan Kesusahan. Akibat persyaratan tersebut akhirnya saya pernah mengalami menginap di rumah tukang sol sepatu, tukang becak, pemulung, tukang bangunan dan supir. Tidak jarang saya harus tidur di atas lantai hanya beralas tikar ketika menginap di rumah-rumah tersebut.

Sehingga di pagi harinya terkadang saya masuk angin. Kemudian siangnya melakukan pelatihan dalam kondisi kurang sehat kondisi itu terasa susahnya. Kesusahan berikutnya adalah masalah kamar mandi, tak jarang saya memutuskan tidak mandi setelah melihat kondisi kamar mandinya, sebab beberapa kali saya temukan kamar mandinya tidak mempunyai pintu. Banyak kesusahan lain yang tidak bisa saya ceritakan ketika melakukan pembuktian teori ini.

Manfaat yang saya rasakan ketika melakukan uji coba ini adalah, pertama saya menjadi lebih bersyukur karena menyadari kondisi kehidupan saya jauh lebih baik dari orang-orang di tempat saya menginap.  Kedua dana untuk jatah menginap saya di hotel, bisa diberikan panitia dalam bentuk bingkisan dan uang kepada pemilik rumah yang saya jadikan tempat menginap. Hal ini tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pemilik rumah.

Ketiga ketika berinteraksi dan ngobrol dengan pemilik rumah, saya mendapatkan pengetahuan baru tentang kehidupan yang sangat bermanfaat yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Terakhir manfaat yang menurut saya sebagai salah satu balasan dalam merencanakan dan menjalani kesusahan adalah saya diajak Umroh oleh seseorang dengan dibiayai oleh orang tersebut dengan fasilitas umroh kelas Bintang 5. Melaksanakan Umroh dengan dibiayai merupakan hal yang luar biasa karena keinginan untuk umroh sebelumnya tidak bisa dilaksanakan karena masalah dana. Bisa melaksanakan umroh gratis ini merupakan salah satu wujud pembuktian Teori Merencanakan Kesusahan.

Dasar Teori dan Pemikiran Merencanakan Kesusahan

Dasar Teori Merencanakan Kesusahan adalah pada Al Quran Surat Al-Insyirohayat 5-6 yaitu: “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Maknanya setelah kita mendapatkan kesulitan pasti akan mendapatkan kemudahan. Selain dalil ini saya pun mempunyai pemikiran bahwa hidup itu berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada kiri ada kanan, ada laki-laki ada perempuan, ada susah ada senang, ada hujan ada kemarau dan seterusnya.

Khusus untuk pasangan susah dan senang, saya berpikir kalau kita sedang menjalani kesusahan atau kesulitan maka setelahnya pasti akan menjalani kesenangan atau kemudahan. Oleh karena itu saya lebih suka merencanakan kesusahan dan menjalaninya terlebih dahulu karena setelah itu In Sya Allah akan mendapatkan kesenangan. Kesusahan atau kesulitan yang kita rencanakan harus dalam bingkai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Bagi orang-orang yang beragama Islam, yang mau bersusah-susah untuk bangun malam melaksanakan Sholat Tahajjud, bersusah-susah pergi ke masjid untuk sholat berjamaah, bersusah-susah pergi jauh untuk menuntut ilmu, bersusah-susah membantu fakir miskin, biasanya kehidupan di bidang ekonomi,  keluarga dan berbagai urusan yang lainnya banyak mengalami kemudahan. Hal ini merupakan bukti hidup itu berpasangan, ketika kita mengambil kesusahan dalam hal beribadah maka Allah mudahkan berbagai urusan kita dalam kehidupan dunia.

Ini adalahTeori Merencanakan Kesusahan, yang bisa juga  dikatakan sebagai Teori Keseimbangan atau Teori Bandul (Bandul yang bergerak dari kiri ke kanan atau dari susah ke senang). Kesusahan yang kita rencanakan dan kita jalani menurut saya akan menjadi pencegah kesulitan yang tidak terencana, karena kesusahannya sudah kita dapatkan terlebih dahulu dan Allah tidak akan memberikan manusia kesusahan atau beban di luar batas kemampuannya.

Kondisi masyarakat Indonesia di Tinjau dari Teori Merencanakan Kesusahan

Ketika saya dan keluarga tinggal di sebuah daerah yang padat penduduk dan termasuk dalam kategori daerah yang penduduknya banyak kesulitan secara ekonomi. Saya punya pengalaman menarik, yaitu ketika setiap selesai melaksanakan sholat Isya di Mushola, saya sering melewati rumah-rumah yang sederhana tetapi di dalamnya ada TV mewah dan acara yang ditonton adalah hiburan lagu atau lawakan yang membuat penghuninya merasakan tertawa dan gembira setiap malam, tetapi di pagi harinya tak jarang saya mendengar keluh kesah tetangga karena masalah ekonomi. Kondisi seperti ini terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia.

Di kawasan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. ketika waktu sholat tiba sangat jarang orang yang mau “bersusah-susah” datang ke masjid untuk sholat, sehingga masjid di berbagai tempat saat ini sering tampak sepi. Saya bahkan melihat kenyataan bahwa dibeberapa tempat masyarakat yang beragama Islam saat berkumandang Adzan lebih memilih bersenang-senang menonton acara TV yang seru di rumah. Begitu pula ketika ada ajakan kerja bakti, sudah jarang warga masyarakat mau bersusah-susah untuk membersihkan lingkungan di sekitar rumah, mereka lebih suka untuk bersantai menonton acara TV.

Banyak contoh dalam kehidupan di masyarakat yang intinya saat ini masyarakat Indonesia banyak yang lebih memilih mengambil senang terlebih dahulu dan pada akhinrnya kesusahan akan diperoleh kemudian dengan bentuk yang pasti. Sehingga bukanlah hal yang aneh jika semakin banyak orang Indonesia saat ini yang hidupnya susah, baik dalam hal ekonomi atau karena terkena musibah. Penyebabnya menurut saya adalah kesenangannya sudah diambil terlebih dahulu berdasarkan Teori Merencanakan Kesusahan.

Kondisi ini bisa diperbaiki jika pemimpin di daerah atau ditingkat pusat memberi contoh dalam merencanakan dan menjalani kesusahan. Misalnya pemimpin di Indonesia yang beragama Islam membiasakan dan mengajak rakyatnya bersusah-susah bangun malam untuk melaksanakan Sholat Tahajjud, puasa sunnah, Sholat berjamaah di masjid,membudayakan kerja bakti membersihkan lingkungan, mengurangi menonton TV, bahkan melarang stasiun-stasiun TV untuk menayangkan acara yang kurang mendidik, dan lain-lain. Jika pemimpin tidak mau bersusah-susah melakukan hal-hal tersebut. maka pemimpin bisa saja akan mendapat kesusahan yang lain, seperti masyarakat atau rakyatnya susah diatur, banyak musibah yang tak terduga dan lain-lain. Hidup ini pilihan, susah senang pun pilihan, apakah akan diambil di depan atau di belakang.

Kondisi Para Pemimpin Indonesia di Tinjau dari Teori Merencanakan Kesusahan

Saat ini banyak orang di Indonesia ketika ingin menjadi Kepala Daerah atau Anggota Dewan atau jabatan yang lebih tinggi lainnya, motivasinya adalah karena ingin mendapatkan berbagai fasilitas dan kemudahan dalam hidup. Padahal menurutTeori Merencanakan Kesusahan atau Teori Kesetimbangan atau Teori Bandul maka ketika hal itu yang dikejar dan kemudian didapatkan maka selanjutnya akan mendapatkan kesusahan, sebab kesenangan sudah diambil terlebih dahulu. Sehingga tak jarang para kepala daerah atau para pejabat di Indonesia,

pada saat menjabat atau setelah menjabat mereka masuk penjara. Sangat jarang atau belum kita temukan pemimpin di Indonesia, yang ketika memimpin dia lebih memilih hidup susah, seperti tinggal di rumah sederhana bukan rumah dinas yang mewah, mempunyai pakaian hanya beberapa potong, tidak mau memakai kendaraan dinas atau kendaraan mewah, tidak mempunyai pasukan pengawal dan lain-lain. Jika dia beragama Islam, dia  taat aturan agama dan mengajak yang dipimpinnya yang beragama islam untuk rajin puasa sunnah, sholat berjamaah, Sholat Tahajjud, dan lain-lain. Pemimpin yang memilih susah ini, In Sya Allah akan mendapat kesenangan berupa dimudahkan urusannya oleh Allah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Ada hal yang penting yang harus diketahui setiap orang mengenai Teori Merencanakan Kesusahan. Jika seseorang merencanakan dan menjalani kesusahan melebihi kesenangan yang akan diterimanya, maka kesenangan itu akan dilimpahkan kepada anak cucunya atau masyarakat atau rakyat yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin yang memilih hidup susah dalam ketaatan kepada Allah, maka hal ini akan membuat rakyatnya hidupnya sejahtera. Ada contoh agung yang bisa kita jadikan cermin dalam kepemimpinan yaitu Seorang Khalifah di jaman kekhalifahan Bani Umayyah yaitu yang bernama Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang berkuasa pada 717 – 720 M. 

Beliau adalah  khalifah yang sangat taat beribadah dan hidup sangat sederhana.  Posisi yang beliau miliki saat itu sebenarnya bisa untuk hidup bermewah-mewah, tetapi beliau memilih hidup sangat sederhana. Pemerintahan beliau hanya 2 tahun 5 bulan dan 5 hari, tetapi Pemerintahan beliau sangat menakjubkan. Pada pemerintahan beliaulah dikatakan tidak ada orang islam yang layak menerima zakat, sehingga harta zakat menggunung di baitul mal. Jika tidak orang Islam yang layak menerima zakat maka tidak ada orang islaam susah pada masa pemerintahan beliau. Hal ini karena beliau susah mengambil susahnya terlebih dahulu.

Indonesia saat ini butuh pemimpin seperti Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Jika inginIndonesia menjadi negara makmur dan sejahtera. Hampir bisa dipastikan pemimpin seperti beliau tidak akan  lahir dari rahim Demokrasi, karena orang seperti ini tidak berminat dengan kekuasaan, karena mendapatkan amanah seperti mendapatkan musibah bagi orang yang mempunyai karakter kepemimpinan seperti Khalifah Umar Bin Abdul Aziz . Orang ini yang mungkin saja menurut para leluhur kita di Indonesia disebut Satrio Piningit, Budak Angon atau Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.

Bagaimana cara agar Bangsa Indonesia mendapat pemimpin seperti ini? cara yang paling logis adalah kita sebagai rakyat juga harus merencanakan dan menjalani kesusahan dalam bingkai keimanan dan ketakwaan. Sehingga setelah menjalani kesusahan, akan di dapat kesenangan dalam bentuk Allah SWT  yang langsung akan memberikan pemimpin sekaliber atau di bawah sedikit dari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz untuk Indonesia. Sehingga tidak dalam waktu lama Indonesia akan menjadi bangsa yang adil dan makmur.

Gerakan Nasional Merencanakan dan Menjalani Kesusahan

Hal yang orang anggap sederhana seperti mengajak orang-orang yang beragama Islam  untuk mau bersusah-susah sholat berjamaah, melaksanakan berbagai sholat sunnah, puasa sunnah dan acara ibadah ritual lainnya. Begitu pula kegiatan untuk untuk mengajak orang mau berbagi ilmu dengan ikhlas, Mau bergotong rotong, Mau saling membantu dan kegiatan sosial lainnya yang berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan. In Sya Allah akan berdampak besar untuk kepentingan bangsa dan negara,

karena itu adalah tahapan untuk melahirkan pemimpin istimewa (Satrio Piningit, Budak Angon atau Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu) yang dibutuhkan Indonesia. Mari kita mulai merencanakan dan menjalani kesusahan sesuai dengan kemampuan dari mulai diri sendiri dan keluarga, kemudian ajaklah siapa saja yang bisa dan mau diajak. Semakin banyak yang ikut maka semakin cepat perbaikan negeri ini. Kita jangan menunggu pemimpin melakukan hal ini, sebab belum mereka berminat dan perduli tentang hal ini.

Penutup

Masalah di Indonesia saat ini menurut saya sudah pada tataran tidak bisa diselesaikan dengan akal pikiran manusia.Oleh karena itu pilihannya adalah kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menggunakan petunjuk yang Allah beri dalam menyelesaikan masalah yang ada.Petunjuk itu ada yang tersirat dan ada yang tersurat (bagi orang Islam yang tersurat ada di Al Quran dan Hadist Nabi). Masalah di Indonesia saat ini bermuara pada manusia Indonesia itu sendiri, yaitu lebih suka memilih kesenangan terlebih dahulu.

Padahal kesenangan yang diperoleh adalah kesenangan yang semua. Oleh karena itu penyelesain yang dibuat adalah dengan menyadarkan masing-masing Individu untuk memilih kesusahan terlebih dahulu dengan memahamkan Teori Merencanakan Kesusahan. Jika ini tidak dilaksanakan atau terlambat dilaksanakan maka negeri ini akan terus ditimpa kesusahan yang tidak terencana dan negeri terancam bubar, karena sosok pemimpin istimewa itu tidak pernah hadir di tengah-tengah kita. Pemimpin istimewa sekaliber Khalifah Umar bin Abdul Aziz akan lahir dari individu-individu istimewa yang ada di negeri ini. Mereka adalah orang-orang yang dalam hidupnya lebih suka merencakan dan menjalani kesusahan. 

Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

 

Bumi Allah, 9 Februari 2016

 

 

Oleh: Raden Ridwan Hasan Saputra

Karyawan Allah 

Pelatih Olimpiade Matematika Internasional tingkat SD dan SMP.

Juri Matematika Internasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun