Mohon tunggu...
Raden Ridwan Hasan Saputra
Raden Ridwan Hasan Saputra Mohon Tunggu... -

Presiden direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Tentang KPM, bisa kunjungi website www.kpmseikhlasnya.com. Selain itu, berbagai pemikiran saya, juga saya tuangkan dalam ridwanhs.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Merencanakan Kesusahan Untuk Membuat Kehidupan Menjadi Lebih Baik

19 Februari 2016   09:32 Diperbarui: 19 Februari 2016   09:55 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya dan keluarga tinggal di sebuah daerah yang padat penduduk dan termasuk dalam kategori daerah yang penduduknya banyak kesulitan secara ekonomi. Saya punya pengalaman menarik, yaitu ketika setiap selesai melaksanakan sholat Isya di Mushola, saya sering melewati rumah-rumah yang sederhana tetapi di dalamnya ada TV mewah dan acara yang ditonton adalah hiburan lagu atau lawakan yang membuat penghuninya merasakan tertawa dan gembira setiap malam, tetapi di pagi harinya tak jarang saya mendengar keluh kesah tetangga karena masalah ekonomi. Kondisi seperti ini terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia.

Di kawasan yang mayoritas penduduknya beragama Islam. ketika waktu sholat tiba sangat jarang orang yang mau “bersusah-susah” datang ke masjid untuk sholat, sehingga masjid di berbagai tempat saat ini sering tampak sepi. Saya bahkan melihat kenyataan bahwa dibeberapa tempat masyarakat yang beragama Islam saat berkumandang Adzan lebih memilih bersenang-senang menonton acara TV yang seru di rumah. Begitu pula ketika ada ajakan kerja bakti, sudah jarang warga masyarakat mau bersusah-susah untuk membersihkan lingkungan di sekitar rumah, mereka lebih suka untuk bersantai menonton acara TV.

Banyak contoh dalam kehidupan di masyarakat yang intinya saat ini masyarakat Indonesia banyak yang lebih memilih mengambil senang terlebih dahulu dan pada akhinrnya kesusahan akan diperoleh kemudian dengan bentuk yang pasti. Sehingga bukanlah hal yang aneh jika semakin banyak orang Indonesia saat ini yang hidupnya susah, baik dalam hal ekonomi atau karena terkena musibah. Penyebabnya menurut saya adalah kesenangannya sudah diambil terlebih dahulu berdasarkan Teori Merencanakan Kesusahan.

Kondisi ini bisa diperbaiki jika pemimpin di daerah atau ditingkat pusat memberi contoh dalam merencanakan dan menjalani kesusahan. Misalnya pemimpin di Indonesia yang beragama Islam membiasakan dan mengajak rakyatnya bersusah-susah bangun malam untuk melaksanakan Sholat Tahajjud, puasa sunnah, Sholat berjamaah di masjid,membudayakan kerja bakti membersihkan lingkungan, mengurangi menonton TV, bahkan melarang stasiun-stasiun TV untuk menayangkan acara yang kurang mendidik, dan lain-lain. Jika pemimpin tidak mau bersusah-susah melakukan hal-hal tersebut. maka pemimpin bisa saja akan mendapat kesusahan yang lain, seperti masyarakat atau rakyatnya susah diatur, banyak musibah yang tak terduga dan lain-lain. Hidup ini pilihan, susah senang pun pilihan, apakah akan diambil di depan atau di belakang.

Kondisi Para Pemimpin Indonesia di Tinjau dari Teori Merencanakan Kesusahan

Saat ini banyak orang di Indonesia ketika ingin menjadi Kepala Daerah atau Anggota Dewan atau jabatan yang lebih tinggi lainnya, motivasinya adalah karena ingin mendapatkan berbagai fasilitas dan kemudahan dalam hidup. Padahal menurutTeori Merencanakan Kesusahan atau Teori Kesetimbangan atau Teori Bandul maka ketika hal itu yang dikejar dan kemudian didapatkan maka selanjutnya akan mendapatkan kesusahan, sebab kesenangan sudah diambil terlebih dahulu. Sehingga tak jarang para kepala daerah atau para pejabat di Indonesia,

pada saat menjabat atau setelah menjabat mereka masuk penjara. Sangat jarang atau belum kita temukan pemimpin di Indonesia, yang ketika memimpin dia lebih memilih hidup susah, seperti tinggal di rumah sederhana bukan rumah dinas yang mewah, mempunyai pakaian hanya beberapa potong, tidak mau memakai kendaraan dinas atau kendaraan mewah, tidak mempunyai pasukan pengawal dan lain-lain. Jika dia beragama Islam, dia  taat aturan agama dan mengajak yang dipimpinnya yang beragama islam untuk rajin puasa sunnah, sholat berjamaah, Sholat Tahajjud, dan lain-lain. Pemimpin yang memilih susah ini, In Sya Allah akan mendapat kesenangan berupa dimudahkan urusannya oleh Allah dalam mensejahterakan rakyatnya.

Ada hal yang penting yang harus diketahui setiap orang mengenai Teori Merencanakan Kesusahan. Jika seseorang merencanakan dan menjalani kesusahan melebihi kesenangan yang akan diterimanya, maka kesenangan itu akan dilimpahkan kepada anak cucunya atau masyarakat atau rakyat yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin yang memilih hidup susah dalam ketaatan kepada Allah, maka hal ini akan membuat rakyatnya hidupnya sejahtera. Ada contoh agung yang bisa kita jadikan cermin dalam kepemimpinan yaitu Seorang Khalifah di jaman kekhalifahan Bani Umayyah yaitu yang bernama Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang berkuasa pada 717 – 720 M. 

Beliau adalah  khalifah yang sangat taat beribadah dan hidup sangat sederhana.  Posisi yang beliau miliki saat itu sebenarnya bisa untuk hidup bermewah-mewah, tetapi beliau memilih hidup sangat sederhana. Pemerintahan beliau hanya 2 tahun 5 bulan dan 5 hari, tetapi Pemerintahan beliau sangat menakjubkan. Pada pemerintahan beliaulah dikatakan tidak ada orang islam yang layak menerima zakat, sehingga harta zakat menggunung di baitul mal. Jika tidak orang Islam yang layak menerima zakat maka tidak ada orang islaam susah pada masa pemerintahan beliau. Hal ini karena beliau susah mengambil susahnya terlebih dahulu.

Indonesia saat ini butuh pemimpin seperti Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Jika inginIndonesia menjadi negara makmur dan sejahtera. Hampir bisa dipastikan pemimpin seperti beliau tidak akan  lahir dari rahim Demokrasi, karena orang seperti ini tidak berminat dengan kekuasaan, karena mendapatkan amanah seperti mendapatkan musibah bagi orang yang mempunyai karakter kepemimpinan seperti Khalifah Umar Bin Abdul Aziz . Orang ini yang mungkin saja menurut para leluhur kita di Indonesia disebut Satrio Piningit, Budak Angon atau Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.

Bagaimana cara agar Bangsa Indonesia mendapat pemimpin seperti ini? cara yang paling logis adalah kita sebagai rakyat juga harus merencanakan dan menjalani kesusahan dalam bingkai keimanan dan ketakwaan. Sehingga setelah menjalani kesusahan, akan di dapat kesenangan dalam bentuk Allah SWT  yang langsung akan memberikan pemimpin sekaliber atau di bawah sedikit dari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz untuk Indonesia. Sehingga tidak dalam waktu lama Indonesia akan menjadi bangsa yang adil dan makmur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun