Kemajuan teknologi yang sangat pesan memberikan dampak luar biasa pada perkembangan anak Indonesia. Seluruh lapisan masyarakat yang di dalamnya termasuk anak-anak, dapat dengan mudah mengakses informasi dan siaran di internet. Apalagi anak SD sudah dibelikan gawai oleh orang tua. Ditambah beberapa tahun lalu pendidikan Indonesia menjadi kacau akibat pandemi Covid-19 yang mengubah tatanan kehidupan termasuk pendidikan berbasis daring.Â
Saat itu pendidikan dilaksanakan melalui daring, hal ini menjadikan orang tua harus menyediakan fasilitas seperti gawai demi kelancaran pendidikan anak mereka. Alih-alih untuk memperlancar kegiatan belajar mereka, namun anak memanfaatkan gawai tersebut untuk kegiatan yang lainnya seperti menonton serial drama dan bermain game.Â
Terkadang orang tua terlena dalam mengawasi anak saat menggunakan gawai mereka, sehingga tontonan mereka keluar dari zona pendidikan. Ketika pandemi usai, perubahan sikap pada siswa berubah secara drastis.Â
Anak menjadi antipati dan agresif akibat sugesti yang diterima dari tontonan yang sering mereka lihat. Kasus-kasus bullying terjadi akibat meniru aksi bullying yang sering dipertontonkan pada serial drama Korea yang memang saat ini menjadi tren dikalangan anak muda.Â
Hasil dari yang mereka tonton kemudian mereka aplikasikan pada kehidupan nyata khususnya di sekolah. Sehingga banyak bermunculan aksi-aksi kekerasan yang pelakunya adalah siswa dan korbannya juga dari siswa.
Dari banyaknya kejadian-kejadian kekerasan yang terjadi, tentu harus menjadi evaluasi bersama antara guru dan orang tua serta pejabat pendidikan yang menjadi naungan dunia pendidikan di Indonesia. Sehingga harapan generasi emas Indonesia di tahun 2045 dapat terwujud dengan baik sejak kini.
Nilai-nilai Pendidikan
Apakah nilai-nilai pendidikan saat ini terkikis dan hilang? Tentu tidak, jika seluruh elemen pendidikan (guru, siswa, orang tua, dan pemangku kebijakan pendidikan) sudi untuk bersinergi dalam menciptakan dunia pendidikan yang baik dan bermartabat.
Perubahan zaman kini sangatlah pesat. Apabila kita sebagai individu tidak memiliki mental dan sikap yang siap untuk memilah mana nilai positif dan mana nilai negatif maka akan sia-sia hidup kita. Pendidikan Indonesia zaman dulu dan sekarang sangat berbeda. Sikap dan etika pelajar zaman dulu berbeda.Â
Pola pendidikan dan pola asuh zaman dulu dengan sekarang tentu juga berbeda. Nilai luhur dan budi pekerti yang dipegang oleh siswa zaman dulu saat era Ki Hadjar Dewantara tentu berbeda dengan sekarang. Semua ini terjadi lantaran efek globalisasi yang mana aksesibilitasnya sangat luas tanpa ada batas ruang dan waktu.
Keluarga sejatinya adalah tempat pendidikan pertama dan utama sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan formal. Pendidikan sosial dan pembentukan karakter diajarkan pada lingkungan keluarga dan orang tua adalah guru bagi anak-anaknya.Â