Pembantu itu menggeleng kepalanya kembali, "Tapi, Pangeran, kastil ini sangat luas! Bagaimana mungkin kita dapat mencari sebuah koin kecil-".
"Ada masalah apa ini?" Sebuah suara baru yang tegas menggema di dalam ruangan. Aku menoleh ke belakang, dan melihat sesosok pria tua dengan pakaian yang mirip denganku, namun lebih mewah.
Seketika, pembantu di sampingku berlutut. "Yang Mulia Baginda Raja! Mohon maafkan Hambamu ini!" Katanya dengan suara gemetar. Sang Raja mengabaikannya, dan malah melihat ke diriku.
"Kau bilang... kau mencari koin silver?" Tatapan Sang Raja sangat tajam membuatku sedikit menggigil. Saking takutnya, aku hanya bisa mengangguk pelan.
Raja itu tidak melepaskan tatapannya. Lalu ia ucapkan perintah, "Pergi." Aku tidak mengerti maksudnya, namun tiba-tiba pembantu itu berdiri tegak. "Siap, Yang Mulia!" Katanya sambil berbalik badan dan setengah lari keluar ruangan.
Dengan pembantu itu hilang, hanya ada Sang Raja dan aku disini. Dengan agak takut aku kembali melihat ke Sang Raja.
Tiba-tiba, Sang Raja menghela napas. "Kau bukan anakku. Apakah itu benar?" Aku menelan ludah. "Bukan..." kataku dengan lirih. Sang Raja mengangguk, dan mengambil sesuatu dari kantung di pakaiannya. "Aku tidak tahu kenapa, Revan tidak pernah suka dengan warna selain warna emas. Tetapi, aku tidak menduga bahwa suatu saat emas itulah yang membawa petaka baginya," jelasnya sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
Ia membuka genggamannya, dan di tengahnya adalah... koin silver! "Ambillah, dan kembalilah ke duniamu. Akan kupastikan bahwa Revan tidak akan pernah menganggumu atau duniamu lagi." Aku menatap Sang Raja, lalu mengangguk.
Sebelum menyentuh koin silver itu, aku berpikir tentang duniaku, rumahku, teman dan keluargaku dengan keras-keras. "Aku ingin kembali!"
Benar saja, saat menyentuh koin itu, rasa pusing yang familiar itu kembali. Sebelum menutup mata, aku terakhir melihat senyum lega Sang Raja.
"Cih... Baru kali ini aku gagal."