Pembantu itu sangat keras kepala. Aku pun hanya bisa menyerah dan perlahan mulai makan.
Meskipun banyak macam makanan warna-warni di depanku, anehnya aku tidak merasa senang melihatnya. Seolah-olah seperti aku sedang melupakan, mengabaikan sesuatu. Apa itu? Apa yang aku lupakan?
Aku hampir tersedak saat jawabannya muncul di pikiranku! Mama!
Tadi Mama menyuruhku untuk beli garam di warung, dan sekarang aku sedang dimanjakan di sebuah kerajaan yang bahkan aku sendiri tidak tahu.
Ratusan pikiran mulai muncul di kepalaku. Apakah Mama menyadari aku hilang? Apakah Mama akan panik? Ya, tentu saja! Mama pasti khawatir.
Jika aku tinggal disini, bagaimana dengan teman-temanku? Sekolahku? Keluargaku? Bagaimana dengan Mama? Bagaimana dengan Ayah? Apa yang mereka akan rasakan jika tahu anaknya menghilang begitu saja? Menghilang dari dunia?
Kalau aku benar-benar tinggal disini, mungkin aku tidak bisa kembali.
Seketika, aku sadar aku tidak ingin tinggal disini lagi. Aku harus kembali.
Tapi, saat itu baru saja aku sadar sesuatu. Koin silver itu dimana? Dengan panik aku mulai merogoh saku-saku pakaianku. Tidak ada apapun.
Sepertinya pembantu itu mulai menyadari kepanikanku. "Ada apa, Pangeran? Apakah ada yang Pangeran tidak sukai?" Aku menoleh padanya. Mungkin ia tahu? "Apakah kau pernah melihat koin silver disini?".
Pembantu itu terlihat kebingungan. Setelah beberapa saat berpikir, ia menggeleng kepalanya. "Tidak ada, Pangeran. Aku tidak mengingat pernah melihat sebuah koin silver." Rasa cemas ku pun makin bertambah. "Kalau begitu, tolong tanyakan pembantu lainnya! Tolong carikan aku koin silver itu!"