Mohon tunggu...
Muhammad NoerRidwan
Muhammad NoerRidwan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMAN 28

SMAN 28 kelas XI MIPA 2

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koin Emas Sang Pangeran

29 November 2020   17:43 Diperbarui: 29 November 2020   17:50 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Andaikan Mama menyuruhku membersihkan tumpukan emas ini,' kataku dalam hati. Sejauh yang mataku dapat lihat, semua benda di ruangan ini seolah-olah dapat mengeluarkan cahaya sendiri.

"Bagaimana mungkin kita punya harta sebanyak ini?" gumamku dengan suara kecil. Namun, aku tidak menduga pembantu itu mendengarnya. Dengan senang hati ia menjelaskan, "Tentu saja mungkin! Semua harta di ruangan ini adalah semua harta yang telah dikumpulkan dari generasi ke generasi oleh keluarga Pangeran sebelumnya! Itulah kehebatan keluarga Pangeran!" Pembantu itu terlihat sangat bangga saat menjelaskan, entah kenapa aku jadi tersipu malu.

Pantas, dengan harta sebanyak ini, kastil ini terlihat sangat mewah. Seperti tidak ada habisnya.

Namun tiba-tiba, perutku mengeluarkan suara yang lantang. Aku memegang perutku. Benar, daritadi aku belum makan.

Tentu saja pembantu itu juga mendengarnya. "Oh, apakah Pangeran belum makan? Itu tidak baik! Ayo, ikut aku!" Kata pembantu itu dengan tegas.

Setelah melewati koridor-koridor identik yang tidak ada hentinya, kita pun sampai di depan sebuah ruangan luas. Penampilannya mirip sepwrti ruang tahta, namun bedanya ditengah-tengah ruangan ada sebuah meja yang sangat panjang. Di ujung meja ada sebuah kursi kayu yang terlihat lebih mewah dari kursi lainnya di meja itu.

Pembantu itu menuntunku duduk di kursi kayu yang mewah. "Tolong Pangeran tunggu disini. Saya akan menyuruh koki-koki kerajaan untuk membuat makanan," katanya dengan cepat, lalu menghilang dibalik sebuah pintu.

Pembantu itu tidak hilang dengan lama, karena tidak lama kemudian, muncullah pembantu itu bersama puluhan pembantu wanita di belakangnya, masing-masing membawa piring berisi makanan yang terlihat unik dan berbeda satu sama lain.

Sesaat kemudian, meja makan yang besar itu penuh dengan bermacam-macam makanan, dari daging hingga sayuran dan buah-buahan, aku lihat hampir semua jenis makanan yang aku tahu ada disitu.

Aku kembali tercengang, "Ini banyak sekali. Aku tidak mungkin menghabiskan ini semua!" Protesku pada sang pembantu. Namun pembantu itu menjawab, "Tidak perlu khawatirkan itu. Pangeran hanya perlu makan apa yang Pangeran sukai!".

Aku mencoba membujuk pembantu itu untuk mengembalikan piring-piring makanan tersebut, namun pembantu itu menolak dengan keras, dan memintaku untuk segera makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun