Sudah sekitar 5 menitan Fadil hanya termenung menatap layar laptop sembari memainkan jarinya diatas meja, entah hal apa yang dia pikirkan sampai membuatnya melamun seperti itu.
Aku mencoba untuk menepuk pundaknya, lalu bertanya "ada apa?"
Fadil tersadar dan menjawab "gapapa ki"
"Istirahat dulu gih, makan" kataku
Fadil hanya mengangguk dan pergi meninggalkanku, tak seperti biasanya dia begitu, mungkin ada hal berat yang saat ini sedang dia hadapi, namun sebagai sahabatnya aku tidak akan bertanya lebih banyak, kubiarkan dia menyendiri terlebih dahulu. Jika waktunya sudah tepat aku akan mencoba untuk membuatnya bercerita.
Kami bersahabat sudah cukup lama, salah satu kegiatan ekstrakulikuler di Sekolah Menengah Atas (SMA) dulu lah yang membuat kami sangat dekat. Lulus sekolah kami pun masih berada di Kampus yang sama, hingga saat ini kami bekerja di tempat yang sama juga. Hal ini sangat luar bisa, seakan semesta tidak ingin aku dan Fadil berjauhan.
Sifat ceria yang biasa melekat padanya akhir-akhir ini memudar, hilang entah kemana, mukanya terlihat begitu kusut. Aku coba untuk menghampirinya lagi dan ku sodorkan minuman dingin yang baru saja ku beli tadi di kantin basement.
"Ini minum dulu biar lebih seger, lu tuh keliatan banget kalau lagi ada masalah, gua gak maksa lu buat cerita sekarang, tapi kalo lu butuh temen cerita bilang aja"
Ketika aku akan pergi meninggalkan meja kerja Fadil, dia berkata "ki, lu tau kan bokap gua masuk ICU dua hari lalu?" aku hanya bisa mengangguk dan diam saat Fadil mulai berbicara. "Dan hari ini gua dapet kabar dari istri kalo anak gua masuk IGD dan kemungkinan akan dirawat" lanjutnya menjelaskan.
Aku pun menarik kursiku ke samping Fadil dan mulai mendengarkan semua ceritanya yang membuat dia melamun akhir - akhir ini. Tak ada yang menyangka kalau dia saat ini sedang menghadapi sebuah masalah yang cukup menguras pikirannya, namun dia sembuyikan semua itu dibalik senyumannya.