Kalau bertanya ke mereka jangan tanggung-tanggung, ratusan pertanyaan sekalian diajukan, biar puas. Tanyanya begini, "Pak jurnalistik itu apa?," "Di Jurnalistik kita ngapain aja?," "Setelah lulus di Jurnalistik kami jadi apa?," "Seru nggak buk di jurnalistik?,".
"Di Jurnalistik bisa kaya nggak pak?," "Mata kuliah di jurnalistik apa saja?," "Dosen di jurnalistik kejam-kejam yaa kak?," "Cewek-ceweknya cantik nggak kalau di jurnalistik?," dan "Najwa Shihab jurusannya sama seperti saya ya pak?,".
Mudah-mudahan jawaban dari mereka dapat membuat teman-teman lebih cinta dengan jurnalistik, karena jika kita mau mencintai sesuatu, ya sesuatu itu harus dikenal dulu.
Nah pertanyaannya, bagaimana cara mengenal? Jawabannya adalah dengan bertanya. Rajin bertanya maka semakin kenal, kalau kenal, ya lama-lama pasti cinta. Begitu.
Sekarang tips ketiga. Yang ketiga ini agak sulit, karena bertolak belakang dengan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya, tipsnya ialah membaca.
Dirumah saya, ada sekitar 10 buku tentang jurnalistik, dan sialnya, pemahaman saya mengenai jurnalistik masih kurang dari buku-buku tersebut.
Saya tidak berhenti sampai situ, saya mencari referensi bacaan jurnalistik dari sumber-sumber lain.
Contohnya, saya sering membaca informasi jurnalistik dari google, ehh tunggu, bukan sembarang informasi yaa, saya mencari tulisan tentang jurnalistik dari jurnal.
Pertanyaannya, kenapa harus membaca informasi mengenai jurnalistik dari jurnal? Di Jurnal
sumbernya jelas, pakai data dan benar-benar penelitian.
Disetiap penjelasan selalu pakai teori. Hal ini bermanfaat buat kita, selain menambah pengetahuan tentang jurnalistik, ia juga dapat memperkaya teori-teori kita tentang jurnalistik.
Jangan senang dulu, bacanya tidak hanya ke jurnal, teman-teman bisa membaca tentang jurnalistik dari portal berita yang ada, seperti, Media Indonesia, Tempo, Detikcom, Kompas, Suara Rakyat, Republika, Antara, Mongabay, Mojok, KabarSumatera dan Ukhuwah News.