Bangga yaa bangga, ketika ditanya teman masa sekolah, "Eeehh kamu kuliah dimana?," terus dijawab oleh kita, "Saya lulus di Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,".
Kemudian ditanya lagi, "Ohhhh masuk di jurusan apa?," dengan ragu-ragu kita menjawab, "Yaaa gitulah, saya masuk di jurusan jurnalistik. "Haaaah, jurnalistik itu apa?," tanyanya lagi, "Heemm saya juga nggak tahu hehe," jawab kita tanpa semangat.
Jika di survei kecil-kecilan, dikelas saya jumlah mahasiswanya ada sekitar 32 orang, coba tanya ke mereka.
"Kamu memang suka di jurusan jurnalistik?," terus dijawab, "Kayaknya nggak," "Saya maunya jurusan lain," "Saya tidak berminat," Saya suka musik malah," "Mending jurusan ilmu komunikasi deh,", dan bla bla bla.
Teman-teman saya dikelas pernah ditanya Ibu Heny (Istrinya Pak Yulian Rama), kami ditanya begini, "Ibu mau tahu dong alasan kalian memilih jurusan jurnalistik," lalu secara bergilir teman-teman menjawab.
Dan celakanya, dari 32 orang yang menjawab alasan mereka masuk jurnalistik, hanya 5 orang yang jawabnya sesuai dengan jurusan, selebihnya merasa kesasar.
....
Yok balik lagi ke perkataan Ibu Sumaina diatas, "Kita itu, mahasiswa-mahasiswa pilihan, kita berkompetisi dan berhasil mengalahkan 1000 pelajar lain,".
Walaupun jurusannya tidak sesuai hati, yaa tidak mengapa, yang penting kualitas kepintaran saya plus teman-teman masuk kriteria kampus islam negeri, susah lohh lulus di kampus islam berlabel negeri, dapat beasiswa pula.
"Tapi saya itu dhoo, merasa maksa banget di jurusan jurnalistik, saya sepakat sama kamu, tapi ya gimana, hati tetap nggak terima, kalau niat sudah nggak ada, bagaimana menjalaninya?," kata teman.
"Iyaa, saya sudah berusaha memahami jurnalistik, tapi jurnalistik nggak pernah paham saya," katanya lagi.