"Baik-baik aja," jawabku.
"Baguslah," ujarnya, sambil tersenyum.
Dia menceritakan tentang kesibukannya selama ini, tentang pekerjaannya yang baru, dan tentang teman-teman barunya. Aku mendengarkan dengan seksama, meskipun dalam hatiku aku masih diliputi rasa penasaran.
"Kamu sendiri gimana?" tanyaku kemudian.
"Aku juga baik-baik aja," jawabnya.
Dia terdiam sejenak, lalu menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku kangen kamu," ujarnya pelan.
Hatiku serasa tertusuk. Aku tahu dia masih mencintaiku, dan aku pun masih mencintainya. Tapi, kami telah berpisah, dan aku tak ingin kembali ke masa lalu yang penuh dengan luka.
"Aku juga," jawabku, suaraku hampir tak terdengar.
"Maaf," ujarnya, "Aku hanya ingin kamu tahu."
Aku menggelengkan kepalaku. "Gak apa-apa," kataku.
Kami kembali terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Senja semakin menipis, digantikan oleh lampu-lampu jalan yang mulai menyala.