Mohon tunggu...
Rido Nababan
Rido Nababan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Creative Copywriter | Content Writer | Teacher

Hanya menuliskan pikiran dan perasaan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak di Antara Rasa

31 Maret 2024   23:42 Diperbarui: 1 April 2024   00:35 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi by Karolina G

Aku duduk sendiri di sudut perpustakaan sekolah, sambil menatap buku di depanku tanpa benar-benar membacanya. Pikiranku melayang-layang jauh, terdampar pada sosoknya yang sedang berjalan di lorong sekolah dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya. Ya, dia, teman baikku sejak lama, namun perasaan yang kubawa padanya tidaklah sekadar pertemanan biasa.

Namanya adalah Kirana, gadis dengan mata yang begitu indah, dan senyum yang mampu mencairkan hati siapa pun. Kami sudah bersahabat sejak kita masih duduk di bangku SMP, dan sejak saat itu, perasaanku padanya mulai tumbuh. Namun, entah mengapa aku merasa sulit untuk mengungkapkan perasaan itu kepadanya.

Hari-hari kami lewati seperti biasa, berbagi cerita, tertawa, dan saling mendukung satu sama lain. Namun, di balik itu semua, hatiku terus berdebar-debar setiap kali bersama Kirana. Aku ingin sekali mengatakan padanya betapa aku mencintainya, namun ketakutan akan menghancurkan hubungan persahabatan kami selalu menghalangi langkahku.

Pagi itu, di kelas Bahasa Indonesia, Kirana duduk di sebelahku seperti biasa. Kami sedang mengerjakan tugas kelompok bersama, tetapi aku merasa sulit untuk berkonsentrasi. Setiap kali matanya menyapaku, aku merasa detak jantungku semakin cepat. Aku tahu, aku harus menghadapinya. Aku harus mengungkapkan perasaanku padanya.

Setelah bel berbunyi menandakan istirahat, aku memutuskan untuk mengatakannya. Aku memanggilnya ke sampingku dan mengajaknya berbicara. Namun, ketika aku akan membuka mulut, kata-kata itu seperti terjepit di tenggorokanku. Aku tidak bisa melakukannya.

Kirana menatapku dengan penuh perhatian, "Ada yang ingin kau katakan padaku, bukan?"

Aku menelan ludahku, mencoba mengumpulkan keberanian. "Kirana, aku..." Ucapku terputus saat bel sekolah kembali berbunyi, mengakhiri istirahat kami. Aku menarik nafas dalam-dalam, menyadari bahwa aku gagal lagi.

Hari demi hari berlalu, dan perasaanku terhadap Kirana semakin dalam. Namun, semakin aku menutupinya, semakin sulit bagiku untuk mengungkapkannya. Aku terjebak dalam Friendzone, terperangkap di antara rasa cinta yang tumbuh dan ketakutan akan kehilangan persahabatan kami.

Kami tetap bersama, tetapi aku selalu bertanya-tanya, apakah dia merasakan hal yang sama sepertiku? Apakah dia juga memiliki perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan? Namun, aku takut untuk menanyakan hal itu padanya. Aku takut itu akan merusak semuanya.

Suatu hari, kecelakaan tragis menimpa Kirana. Aku masih teringat betapa syoknya aku ketika mendengar berita itu. Rasanya seperti duniaku runtuh, seolah-olah tak ada cahaya lagi dalam hidupku. Kirana telah pergi untuk selamanya, meninggalkan kami semua dengan rasa kehilangan yang begitu besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun